Senin, 11 April 2011

Surveilans K3


 

MODUL KULIAH



PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT
SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Program Studi Kesehatan Masyarakat Kekhususan Bidan Komunitas








Mahasiswa
Sri Mulyanti

NPM.1006821924




UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2011




 
            

KATA PENGANTAR

Dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi bahaya (sering disebut juga sebagai hazard atau faktor risiko) dan risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi dirinya, keluarganya, bahkan calon bayinya (bahan teratogenik). Sebaliknya, kejadian kecelakaan, pekerja yang terganggu kesehatannya dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan mengganggu kelancaran pekerjaan, dengan demikian menurunkan produktivitasnya, lebih lanjut juga akan melemahkan daya saingnya. Selain itu, pekerja yang terganggu kesehatannya dapat membahayakan teman sekerja atau lingkungan kerjanya, sebagai contoh pekerja yang menderita tuberkulosis paru atau batuk pilek dapat menularkan penyakitnya kepada teman sekerja, atau pekerja yang buta warna salah menyambung kabel listrik menimbulkan kebakaran akibat korsleting. Bahaya dan risiko ini dapat dikendalikan dengan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Proporsi angkatan kerja pada tahun 2010 yang berkisar 67% (111.480.000 orang), diasumsikan 80% atau 88 juta tenaga kerja akan bekerja, baik di sektor formal maupun informal. Potensi terkena Penyakit Akibat Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) selalu ada dalam pekerjaan, maka kebutuhan pelayanan K3 menjadi keharusan bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat. Dalam UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa upaya K3 wajib dilakukan oleh pemberi kerja dan pekerja, pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja. Sebagian besar (68%) dari angkatan kerja berada di tempat usaha mikro, kecil dan menengah UMKM, yang umumnya tergolong dalam sektor ekonomi informal. Mereka membutuhkan pelayanan K3 yang tersedia di ranah publik seperti di Puskesmas; selain itu, perushaan formal yang tidak menyelenggarakan sendiri upaya K3, membutuhkan bantuan pemerintah berupa SDM dan fasilitas K3 yang tersedia di ranah publik.
Saat ini Indonesia belum mempunyai data penyakit akibat kerja dan data kecelakaan kerja, data dari PT Jamsostek hanya menggambarkan sebagian kecil kejadian di perusahaan formal yang terdata sebagai peserta Jamsostek (kurang dari 25%). Kondisi ini tidak kondusif bagi perencanan program K3 terutama di ranah publik, akibatnya perlindungan hak pekerja atas keselamatan dan kesehatannya tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Pekerja yang terganggu kesehatannya dan kecelakaan di tempat kerja dapat menurunkan produktivitas pekerja dan perusahaan serta menghambat pertumbuhan ekonomi nsional. Bidan di Desa yang bekerja mandiri di Polindes, atau bekerja bersama rekannya di Puskesmas yang tidak ada petugas berkompeten dalam melaksanakan upaya K3, diharapkan dapat mengisi kebutuhan pelayanan K3 di ranah publik, antara lain memantauan wilayah setempat dengan melakukan surveilans K3 dan mengembangakan sistem informasi K3 di wilayah kerjanya, baik di sektor formal maupun informal. Keterampilan melaksanakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dibutuhkan oleh Bidan Komunitas.
Hasil kerja PWS bidang K3 yang dilakukan Bidan di Desa, dapat menjadi alat pantau K3 yang tepat di wilayah kerjanya, terutama bagi tempat usaha dan tempat kerja informal.  Diharapkan, hasil kerjanya yang dilaporkan dapat menjadi alat pantau bagi pimpinan Puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang dapat memberikan data K3 yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya.
Modul ini disusun untuk mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Kekhususan Bidan Komunitas dalam rangka mencapai Tujuan pembelajaran yang telah disusun seperti berikut.
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan konsep sistem deteksi dini penyakit dan masalah K3 sesuai evidence.
2.     Mahasiswa mampu memanfaatkan sumber data yang tersedia untuk keperluan aksi (upaya promotif, preventif,  kebijakan, perencanaan, dll)
3.       Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pengolahan data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah setempat
4.    Mahasiswa mampu menjelaskan dan melaksanakan tahapan manajemen data K3 (proses pengumpulan, pengolahan dan analisis) hingga menjadi informasi tentang penyakit dan masalah kesehatan
5.       Mahasiswa mampu menjelaskan sumber informasi dan data K3 di wilayah kerjanya

Sasaran pembelajaran penunjang dari modul ini adalah, bila dihadapkan dengan suatu masalah keselamatan dan kesehatan kerja, mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun program pencegahan berbasis penilaian risiko (risk assessment) dengan pendekatan survilans dan sistem informasi kesehatan, serta melibatkan masyarakat pekerja untuk mencegah dan mengendalikan penyakit dan/atau cedera akibat kecelakaan secara dini.





DAFTAR ISI



BAB I
SURVEILANS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1.1            Pendahuluan

Sistem di tempat kerja yang terdiri dari input (pekerja, mesin, dana, organisasi, dll), proses kerja (pekerja dan lingkungan kerja yang saling berinteraksi satu sama lainnya), output (produk/jasa yang berkualitas, pekerja yang sehat, tempat kerja yang nyaman dan selamat bagi pekerja), dalam interaksinya tidak bisa terlepas dari hazard dan risiko khususnya yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja, serta outcome (penyakit dan kecelakaan). Tempat kerja yang terkadang melibatkan teknologi modern yang memakai berbagai mesin dan peralatan dalam jumlah dan kapasitas besar. Hazard yang terdapat di area tempat kerja menjadi sangat bervariasi, dengan tingkat faktor risiko yang berbeda-beda, mulai dari hazard somatik yang melingkupi kapasitas dan status kesehatan, hazard perilaku yang melingkupi masalah kebiasaaan merokok dan aktivitas fisik, hazard lingkungan yang terdiri dari fisik, biologi, kimia dan organizational of work and work culture yang merupakan hazard psikologi kerja. Faktor fisik seperti ekses kebisingan, vibrasi dan iluminasi, serta faktor mekanik seperti benturan, kebakaran dan ledakan diikuti oleh faktor kimia misalnya Benzene Toluen Xylene (BTX), gas CO, H2S dan lain-lain, serta faktor stres kerja berupa pengaturan shift kerja malam yang mungkin ada dalam industri ini. Pola hidup tidak sehat, antara lain kurangnya beraktivitas fisik, konsumsi makanan tidak seimbang yang rendah serat namun tinggi lemak, serta merokok, terbukit berdampak pada kesehatan pekerja.

1.2              Tujuan

Umum
Bila dihadapkan dengan suatu masalah keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun program pencegahan berbasis penilaian risiko (risk assessment) dengan pendekatan surveilans dalam rangka mencegah dan mengendalikan penyakit dan/atau cedera di tempat kerja.

Khusus
a.      Mahasiswa mampu menjelaskan konsep sistem (input-proses-output) di tempat kerja serta dampak/oucome yang mungkin timbul
b.      Mahasiswa mampu memanfaatkan sumber data yang tersedia untuk keperluan aksi (upaya promotif preventif,  kebijakan, perencanaan, dll)
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat surveilans sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah setempat
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melaksanakan tahapan surveilans kesehatan dan keselamatan kerja (proses pengumpulan, analisis, interpretasi dan penyebaran informasi) agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan

1.3            Isi

Ruang Lingkup Surveilan K3

Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu :

  1. Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan
Pengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan data keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan cara sitematik dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

  1. Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan
Identifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi hazard kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan cara sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

Metode Surveilans K3

Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan.
Step awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko, kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data kesehatan dan keselamatan di tempat kerja
Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.
Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi yang berisiko

ž  Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja
¡  Data Pemantauan Higiene Industri
¡  Data Pemantauan Ergonomi
¡  Data Pemantauan Stres Kerja
¡  Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work, PHK/Pensiun
¡  Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara Faktor Risiko & Efek Kesehatan

Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut;
ž  Pekerja
ž  Lingkungan kerja
ž  Pekerjaan

Pengukuran Pajanan pada Pekerja 
ž  Noise dosimeter
ž  Personal dust sampler
ž  Pengukuran dengan Spirometer
ž  Pengukuran logam berat di urine & darah

Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja
ž  Kebisingan di lingkungan kerja
ž  Debu di lingkungan kerja
ž  Temperatur di lingkungan kerja
ž  Logam berat di lingkungan kerja

Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;
                        pajanan x tahun = person-years

Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni
ž  Pajanan  sesaat
ž   Pajanan kumulatif

Pajanan rata2 berdasarkan:
¡  Sampel area
¡  Sampel individu (toksikan, BEI mis:
¢  azide iodide pd urine krn karbondisulfida
¢  asam t-t mukonat dalam urine karena benzene)

Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan

Persyaratan untuk Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.
1.       Ada penyakit maupun cedera yang dapat diidentifikasi atau adanya dampak negatif pada pekerja lain yang dinilai dapat merugikan
2.       Efek penyakit dan/atau cedera  tersebut terkait dengan eksposur/pajanan di tempat kerjanya.
3.      Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit dan/atau cedera tersebut berpotensi dapat terjadi
4.      Ada beberapa teknik yang berlaku untuk mendeteksi indikasi dari efek penyakit dan/atau cedera tersebut.

Teknik Surveilans kesehatan harus:
1. Sensitif
2. Spesifik
3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan
4. Aman
5. Non-invasif
6. Dapat diterima

Contoh-contoh Survelans Kesehatan Kerja
¡  Biological monitoring 
e.g. 2.5-hexane di one (a metabolite of n-hexane) in urine COHb in workers exposed to methylene chloride. 
¡  Biological effect monitoring 
e.g. Cholinesterase in blood of workers exposed to certain organophosphorus pesticides 
¡  Enquiries, inspection or exam by a suitably qualified person 
e.g. an occupational health nurse administering a questionnaire for symptoms of asthma or rhinitis; or examining the hands for dermatitis 
¡  Medical surveillance 
e.g. lung function measurement in workers exposed to substances known to cause
occupational asthma;  Chest X-rays in workers exposed to respirable quartz 
¡  Monitoring of sickness absence -Review by Occupational Health for work-related trends in sick absence
Manfaat sumber data yang tersedia untuk keperluan aksi (warna biru usulan meily)
Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan evidence, dengan menyusun upaya promotif, prevetif, kebijakan, perencanaan program antara lain seperti berikut.
1.       Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah setempat
2.       Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
3.       Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.
4.       Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan, antara lain seperti beriku.
a.       Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan
b.    Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.
c.       Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase  atau bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan indeks pajanan biologik
d.      Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan dengan standar atau target yang ditetapkan
e.      Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan dengan stanar atau target yang ditetapkan
5.       Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan pajanan hazard di tempat kerja
6.       Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
7.       Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi perbaikan secara terus menerus

Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1.      Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian risiko serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil pimpinan dan pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun lingkungan dan ergonomis.
2.      Perencanaan program
Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah Dokter Kesehatan kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga menetapkan pekerja yang berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.
3.      Penetapan pekerja yang beresiko
4.      Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau
Tabel 3.1 Cara penyajian data mengenai jenis Hazard yang dipantau.
Aktivitas
Hazard Teridentifikasi
Hazard yang dipantau
Antisipasi efek kesehatan
Survei dan pembukaan hutan
Racun flora fauna
Debu dari kerak bumi
Vibrasi kendaraan
Bising kendaraan
Ergonomik
Racun flora
Debu
Vibrasi
Bising
Postur Janggal
Iritasi kulit
Pneumokoniosis
Gangguan syaraf tepi
Penurunan pendengaran
CTD
Pengupasan kerak bumi

Debu
Vibrasi
Bising
Postur janggal
Pneumokoniosis
Gangguan syaraf tepi
Penurunan pendengaran
CTD


5.      Penetapan Jenis pemeriksaan kesehatan

Tabel 3.2 Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifik
Hazard
Jenis pemeriksaan
Bising
Audiometri, kuesioner
Debu
Spirometri. Foto toraks dan kuesioner
Ultra Violet
Mata dan kuit
Virus Hepatitis B
HBsAg, HBcAg, SGOT dan SGPT
Pelarut organik
Nerologic, iritasi mata dan saluran pernafasan, fungsi ginjal dan hati, spirometri, dan pemantauan biologic

      
 Tabel 3.3 Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifik
Jabatan
Jenis pemeriksaan
Pengguna respirator
Fungsi paru
Off shore
Audiogram, Fungsi paru, drugs dan alcohol
Supir
Visus, audiogram, drugs dan alcohol
Welders
Urinalisis dan Biomonitoring
Fire fighter
Audiogram dan fungsi paru

6.      Komunikasi untuk mendapatkan dukungan dan komitmen
Melibatkan seluruh pemangku kepentingan khusunya pemimpin tertinggi dan pekerja. Sebelum penyusunan proposal program, hendaknya dilakukan komunikasi berjenjang.
7.      Pembentukan tim surveilans
Profesi utama yang bertanggungjawab dalah doketr, perawat kesja, HI dan ergonomis. Dan membutuhkan keterlibatan manajer SDM untuk menentukan penempatan SDM. Supervisor untuk mengawas hazard dan pekerja serta memastikan pekerja terlibat aktif dalam surveilans kesehatan kerja.
8.      Hasil pemeriksaan kesehatan dan informed concern

Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1.      Tahap pengumpulan data
a.      Data Faktor Risiko
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan dokumen seperti safet data sheet.
b.      Data gangguan kesehatan
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan kesehatan pekerja.
c.       Data pemantauan biologic
Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH
2.      Tahap analisis data dan surveilans PAK
Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok.
Analisis hasil surveilans hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.
Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana, bilamana  gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit berdasarkan beberapa factor risiko.
Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja.
Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat dilakukan analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa dan bagaiman  suatu gangguan kesehatan timbul.
Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang ditimbulkan.
3.      Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan
Pelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen.
Hasil analisis dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung privasi.
Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan.



Berikut Contoh FLOW CHART HEALTH SURVEILANCE

Secara singkat health surveillance dapat dijalankan dengan langkah-langkah berikut

1.4            Rangkuman

Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan. Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu: Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan

1.5            Latihan


1.      Pada suatu perusahaan minyak dan gas bumi, ditemukan peningkatan dari tahun ke tahun penyakit Jantung Koroner, setiap tahunnya ada sekitar 11-12 kasus baru yang terdiagnosa positif PJK. Melihat pekerja yang terpajan dengan bahan kimia BTX, adanya bising, panas serta stress pada pekerja yang cukup tinggi, maka lakukan telaah terhadap surveilans Kesehatan Kerja yang sudah dilakukan perusahaan.
Sebutkan Metode surveilan, sumber data, teknik dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data sehingga tindakan segera yang dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan dapat diambil

2.      Pada suatu perusahaan konstruksi, ingin diketahui keluhan akan efek kesehatan pada operator alat berat berdasarkan ketajaman pendengaran, fungsi pendengaran, fungsi pernafasan serta keluhan gangguan otot dan tulang.
Sebutkan Metode surveilan, sumber data, teknik dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data sehingga tindakan segera yang dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan dapat diambil

3.      Pada sebuah perusahaan tambang batubara, sudah tersedia Program Surveilans Kesehatan pada Pekerja, pelajari dengan detil program, yang meliputi :
a.         Program Surveillance'X-ray Pekerja Batubara
Informasi tentang disediakannya rontgen dada gratis untuk penambang batu bara bawah tanah. Siapa yang membayar? Apa pneumokoniosis Batubara Pekerja ? Apa itu Black Lung? Kapan? Dimana?

b.         Program Nasional Otopsi Pekerja Batubara
Ketika seorang penambang batubara meninggal, keluarga dapat mengatur untuk minta dilakukan otopsi gratis. Hasilnya dapat membantu mendapatkan klaim dan juga membantu para ilmuwan dan dokter belajar lebih banyak tentang penyakit  pada pekerja batubara 'pneumokoniosis  atau' penyakit Black lung


1.6            Daftar Pustaka

Occupational Health Surveillance, Department of Health New York, 2008
NIOSH Surveillance, Content source: Centers for Disease Control and Prevention, 2011
Gordis, Leon. Epidemiology. USA: Saunders Company, 1996.
Coal Workers' Health Surveillance Program, NIOSH 2010
http://www.aih.org American Industrial Hygiene Association, Biological Monitoring Committee
Kurniawidjaja, L.Meily. “ Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja”. Jakarta : UI Press. 2010


BAB II
DATA DAN INFORMASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.1.         Pendahuluan

Belum tersedianya gambaran permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja  (K3) di tingkat nasional, propinsi dan Kota maka diperlukan tersedianya data yang benar benar nyata di masyarakat. Petugas kesehatan yang bertanggung jawab pada wilayah kerjanya,  memerlukan data dasar tentang masyarakat pekerja di wilayah kerjanya.
Data dasar dibutuhkan sebagai dasar dari Penilaian Risiko atau dikenal Risk Assesment. Secara teoritis peniliaian risiko merupakan fokus utama dalam penyelenggaraan pelayanan K3 berbasis bukti (Evidence based). Beraneka ragamnya jenis dan tempat kerja di masyarakat Indonesia menjadikan beraneka ragam pula jenis bahaya (hazard) yang ada di tempat kerja hingga jenis  risiko yang diterima masyarakat pekerjapun menjadi spesifik yang berakibat pola penyakit dan cedera yang ada di tempat kerja sangat tergantung dari perubahan kondisi yang ada di tempat kerja tersebut.
Selanjutnya, dari data dasar ditentukan data yang perlu terus dipantau, maka perlu dikembangkan sisterm informasi K3, yang mencakup input, proses dan output. Implementasi pelaksanaan sistem informasi K3 berdasarkan kebutuhan data berbasis bukti (Evidence based) yang dapat memberi data akurat cepat, tepat dan secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan dengan jalan melakukan kegiatan survei Baseline Data (survei cepat) yang difokuskan pada wilayah setempat, yang selanjutnya dapat digunakan di tingkat kabupaten/kota atau sebagai angka propinsi atau nasional jika digabung dari berbagai Kabupaten/Kota.

2.2.       Tujuan

Setelah mengikuti sesi ini, mahasiswa memiliki keterampilan dalam mengelola sistem infomasi di bidang K3 seperti berikut.
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan sumber informasi dan data K3 di wilayah kerjanya
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melaksanakan tahapan manajemen data K3 (proses pengumpulan, pengolahan dan analisis) hingga menjadi informasi tentang penyakit dan masalah K3 di wilayah kerjanya

2.3.         Isi


A.                 DASAR HUKUM
  • UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan pasal 11 yang menyatakan bahwa pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya.
  • UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Bab XII tentang Kesehatan Kerja yang terdiri dari 3 pasal yaitu pasal 164-166, antara lain menetapkan pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat, bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
  • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1075 / MENKES / SK / VII / 2003 tentang Pedoman Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Kerja, maka diperlukan informasi yang akurat, tepat waktu dalam sistem informasi sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.
  • Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Karena Hubungan Kerja
  • Keputusan Menteri Kesehatan No. 691 A/MENKES/SK/XII/1980 tentang Pelaporan Rumah Sakit.
B.                  KONSEP DAN LINGKUP SISTEM INFORMASI K3
System informasi K3 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem informasi kesehatan yang telah ada di Departemen Kesehatan seperti Sistem Informasi Kesehatn (SIK), Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), dan Sitem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang khusus menangani komunitas pekerja baik di sector usaha formal maupun informal.
Untuk memperoleh berbagai data dan informasi K3 perlu dilakukan kegiatan pencatatan dan pelaporan secara baik dan benar serta profesional tentang data dasar kesehatn kerja dan penyakit akibat kerja serta kejadian kecelakaan kerja terutama yang menumbulkan penyakit atau cedera pada pekerja, agar dapat diketahui peta masalah K3 di suatu wilayah kerja yang merupakan sumber informasi yang vital bagi pelaksanaan program K3 setempat. Secara keseluruhan, data ini dapat digunakan oleh penentu kebijakan di tingkat yang lebih tinggi, tentunya dengan kompilasi seluruh data, seperti di tingkat Kabupaten/Kota bahkan ke tingkat nasional.
Lingkup Sistem Informasi K3 mencakup informasi kesehatan dan informasi keselamatan di tempat kerja. Secara sistem, dalam lingkup wilayah kerja terbatas seperti desa yang menjadi tanggung jawab Bidan di Desa, informasi K3 mencakup informasi dasar (input),  informasi pelaksanaan pelayanan (proses), informasi tingkat keberhasilan jangka pendek yang langsung dapat diukur (output), dan tingkat keberhasilan jangka panjang yang memerlukan waktu untuk mencapainya (outcome).

C.                  DATA DASAR (INPUT)
Data Dasar Wilayah Kerja digunakan sebagai dasar analisis kebutuhan dan pemetaan masalah, data dasar wilayah kerja yang terkait dengan K3 antara lain mencakup data seperti berikut.
  1. Data Demography
Data dan informasi tentang keadaan penduduk usia kerja, angkatan kerja, penyebaran pekerja berdasarkan jenis pekerjaan yang ada di setiap desa, bila memungkinkan data di kecamatan dan Kabupaten/Kota. Di samping itu, data tentang jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status sosial pekerja dapat membantu dalam perencanaan program agar lebih fokus.

  1. Data Jenis dan Jumlah Perusahaan
Data jenis dan jumlah perusahaan baik di sector formal maupun informal, diperlukan untuk membuat peta hazard di tempat kerja dan pekerja berisiko.
a.      Jumlah dan jenis perusahaan/industry besar
b.      Perusahaan atau tempat kerja yang tinggi tingkat risikonya (hazardous or high tisk)
c.       Perusahaan atau tempat kerja yang padat karya
d.      Perusahaan atau tempat kerja yang menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi
e.      Jumlah dan demografi pekerja di tempat kerja tertentu.

Klasifikasi tempat kerja yang sering digunakan adalah berdasarkan Klasifikasi Industri yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yaitu 18 (delapan belas) klasifikasi tempat kerja, seperti berikut.
1)         Pertanian, perburuan dan kehutanan
2)        Perikanan
3)        Pertambangan dan penggalian
4)        Industri pengolahan
5)        Listrik, gas dan air
6)        Konstruksi
7)        Perdagangan besar dan eceran
8)        Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan dan minum
9)        Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10)    Perantara keuangan
11)    Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
12)    Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
13)    Jasa pendidikan
14)    Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial
15)    Jasa kemasyarakatan, sosial, budaya dan perorangan lainnya
16)    Jasa perorangan yang melayani rumah tangga
17)    Badan internasional dan ekstrainternasional
18)    Pekerjaan lain

  1. Akses pelayanan K3
Termasuk keberadaan dan kemudahan akses fasilitas kesehatan kerja seperti Klinik Peursahaan, Klinik Kesehatan Kerja, rumah sakit dan Puskesmas yang memberi pelayanan K3; serta fasilitas penanggulangan kebakaran, kesiapan penanggulangan bencana atau keadaan darurat (emergency preparedness).

  1. Akses jaminan sosial
Jaminan sosial dibutuhkan bila upaya pencegahan gagal dan pekerja jatuh sakit, cedera, cacat atau meninggal, diperlukan data jumlah pekerja yang tercakup dalam jaminan Askes bagi PNS, pensiun dan TNI polri; jumlah peserta PT Jamsostek, askes mandiri, yang terdata sebagai peserta Jamkesmas, serta berapa persen yang belum memiliki asuransi kesehatan.

  1. Gambaran wilayah/lokasi kerja
Selain batas kerja, diperlukan denah wilayah (upayakan gambar GPS) kerja dan penyebaran tempat kerja terutama yang padat karya dan/atau berisiko tinggi.

  1. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Puskesmas dengan Perusahaan sebelumnya.


D.                 DATA DAN INDIKATOR PELAKSANAAN K3 (PROSES)
Upaya K3 menekankan upaya promotif dan preventif, pelaksanaan K3 yang baik menentukan keberhasilan dalam pengendalian risiko. Di sektor formal ada instrumen audit, yaitu di tingkat nasional berupa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan di tingkat internasional dikenal dengan Occupational Health and Safety Adminstration Series (OHSAS 18000). Intinya adalah pelaksanaan manajemen risiko dari semua hazard di tempat kerja, yaitu penilaian risiko dan pengendalian hazard. Di Indonesia, pelaksanaan SMK3 adalah wajib dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Data ini perlu dimutkhirkan minimal satu kali dalam satu tahun yang dilakukan auditor internal, satu kali dalam tiga tahun oleh auditor eksternal. Data audit ini digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan.
Di ranah publik, terutama di sektor informal dan sentra industri UMKM, pelaksanaan K3 dilakukan oleh Puskesmas setempat bila tersedia SDMnya. Data dan indikator pelaksanaan K3 di Puskesmas seperti berikut.
  1. Tersedianya data yang terkait dengan input, proses dan output upaya K3
  2. Persentasi sarana pelayanan kesehatan dasar yang telah melaksanakan pelayanan kesehatan kerja atau K3
  3. Persentase jumlah Puskesmas yang telah mendapatkan pembinaan upaya kesehatan kerja (UKK) atau K3
  4. Persentase jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan UKK atau K3
  5. Persentase jumlah tempat kerja yang telah mendapatkan pembinaan UKK atau K3
  6. Persentase jumlah tempat kerja yang telah melaksanakan UKK atau K3
  7. Jenis pelayanan K3 komprehensif yang diberikan yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
  8. Data dan informasi tentang penyebaran tenaga kesehatan kerja atau tenaga K3 bagi upaya pengembangan Program Kesehatan Kerja atau K3 di setiap Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
  9. Persentase pekerja yang mendapatkan pelayanan kesehatan kerja atau K3.
  10. Persentase pekerja yang mendapatkan Jaminan sosial di bidang K3 baik askes Jamsostek atau asuransi lainnya.

E.                  DATA DAN INDIKATOR KEBERHASILAN K3 (OUTPUT)
Keberhasilan upaya K3 biasanya berupa output atau luaran dari upaya K3 yang dilaksanakan, diukur dari beberapa  indikator seperti berikut.
1.      Kadar atau intensitas pajanan di lingkungan kerja berada di bawah Nilai Ambang Batas
2.      Kadar biomarker bahan kimia di bawah Indeks Pajanan Biologik
3.      Jumlah kunjungan pekerja ke poliklinik atau berobat jalan.
4.      Jumlah pekerja yang dirawat di rumah sakit.
5.      Biaya pengobatan dan perawatan
6.      Pola penyakit pekerja, tren prevalensi dan insiden penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja, cedera atau penyakit akibat kecelakaan kerja
7.      Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kejadian kecelakaaan di tempat kerja
a.      Tingkat Kekerapan Kecelakaan (Accident Frequency Rate), yaitu rata-rata jumlah kecelakaan dalam 1 periode dibandingkan dengan jumlah pekerja berisiko. Formula perhitungan frequency rate adalah sebagai berikut.

                               
            Jumlah kejadian kecelakaan dalam 1 periode
Frequency Rate = ----------------------------------------------------------------  x 100%
                                      Jumlah pekerja (populasi berisiko)

b.      Tingkat Keparahan Kecelakaan (Accident Severity Rate), ialah rata-rata jumlah hari sakit dalam waktu tertentu. Formula perhitungan severity rate adalah sebagai berikut.

                               
                Jumlah hari hilang akibat kecelakaan
Severity Rate = ---------------------------------------------------------------  x 1.000.000
                                    Jumlah hari kerja total + hari lembur

8.      Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme
a.      Non Effective Rate, yaitu rata-rata waktu kerja yang hilang, dalam satuan hari atau jam, dibandingkan dengan waktu kerja total. Formula perhitungannya seperti berikut.

                            
                             Hari hilang karena absen sakit
Non Effective Rate = ----------------------------------------------------------  x 100%
                                                Hari kerja total + hari lembur
b.      Frekuensi Rate Absensi Sakit (Sickness Abcence Frequency Rate), yaitu rata-rata jumlah insidens absensi (surat keterangan sakit) per orang atau jumlah spell dalam 1 periode dibandingkan dengan jumlah pekerja. Formula perhitungan frequency rate adalah sebagai berikut.

                               
                                 Jumlah spell dalam 1 periode
Frequency Rate = ----------------------------------------------------------  x 100%
                                                 Jumlah pekerja (populasi berisiko)
                       
c.       Durasi Absensi Sakit (Severity Rate atau disebut Sickness Abcence Rate), ialah rata-rata jumlah hari sakit dalam waktu tertentu. Formula perhitungan severity rate adalah sebagai berikut.

                                 
                                       Jumlah hari hilang akibat absensi sakit
Severity Rate = ---------------------------------------------------------------------- x 100%
                         (Jumlah hari kerja total x jumlah pekerja) + hari Lembur


d.      Durasi Spell, merupakan rata-rata jumlah hari absen sakit tiap spell (surat keterangan sakit). Formula perhitungan durasi spell adalah sebagai berikut.


                          Jumlah hari hilang karena absensi sakit
Durasi Spell = ------------------------------------------------------------------ x 100%
                         Jumlah spell absensi dalam 1 periode



F.                   SUMBER DATA DAN PENGUMPULAN INFORMASI K3

Data yang dibutuhkan untuk pemantauan wilayah setempat di bidang K3, bisa didapat dari berbagai sumber baik di desa maupun di perusahaan. Data dasar di ranah publik bisa didapat dari Kantor Desa, atau di Kantor Kabupaten/Kota, seperti demografi, denah lokasi atau wilayah perusahaan. Sedangkan di perusahaan formal bisa didapat dari bagian personalia atau Human Resource Department (HRD). Data tentang kegiantan K3 yang telah dilaksanakan di ranah publik bisa didapat dari Puskesmas setempat, Dinas Kesehatan atau Dinas Ketenaga-kerjaan ditingkat Kabupaten/Kota; sedangkan di sector formal bisa didapat dari bagian Kesehatan, Keselamatan dan Lingkunga (HSE) atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
Data demografi tidak terlalu sulit didapat, namun data jumlah dan jenis perusahaan serta kegiatna dan indikator K3 sering kali tidak ada. Bidan di desa dapat berkeliling untuk mengenal kegiatan ekonomi yang dominan di desa, sering kali secara kasat mata dapat diidentifikasi, dengan melakukan suvei cepat dan mewawancarai beberapa orang di jalan dan diverifikasi dengan tokoh masyarakat atau pamong di desa. Bila memungkinkan, cara yang terbaik untuk pengumpulan data adalah menggunakan kuesioner dengan teknik self assessment dan diverifikasi oleh pewawancara dan/atau surveior, ceklis survei jalan selintas (SJS) atau dikenal dengan walk through survei, dan observasi.

Tabel 3.1 Contoh Sumber dan Instrumen Pengumpulan Data

No

Data yang dikumpulkan

Sumber/Instrumen
1
Demografi pekerja

F

-   Data dari HRD
-   Kuesioner
I
-   Data dari Desa
-   Kuesioner
2
Data faktor risiko di tempat kerja 
F

-   Data dari HSE/ P2K3
-   Kuesioner dan SJS
I
-   Data dari Puskesmas/Desa
-   Kuesioner dan SJS
3
Data keluhan gangguan kesehatan dan pola penyakit
F

-   Data rekam medik, medikal cek up
-   Klim asuransi
-   Kuesioner dan SJS
I
-   Data Puskesmas
-   Kuesioner dan SJS
4
Data kecelakaan
F

-   Data HSE/ P2K3
-   Klim asuransi
-   Kuesioner dan SJS
I
-   Data Puskesmas
-   Kuesioner dan SJS
5

Gambaran kebijakan dan program K3
F
-   Kuesioner, bukti fisik dariHSE/P2K3
I
Puskesmas, Dinkes / Disnaker
6
Gambaran kebijakan dan program K3 di Puskesmas, Dinkes/ Disnaker

Bukti fisik dan wawancara
7
Pelaksanaan K3
F
I
Kuesioner, wawancara, bukti fisik dan observasi


G.                 PENGOLAHAN, ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA K3
Data frekuensi distribusi, disajikan dalam bentuk tabulasi dan diagram (Gambar 3.1, Tabel 3.2). Analisis tingkat asosiasi atau hubungan antara tingkat pajanan atau tingkat risiko (yang bersifat multifaktor) sebagai variabel independen, dan tingkat kekerapan kecelakaan atau tingkat keparahan absensi dan indikator output lainnya sebagai variabel dependen, dilakukan dengan menggunakan kaidah epidemiologi.
Data disajikan dalam bentuk yang komunikatif, ternyata rangkuman eksekutif dan one sheet diagram yang komunikatif sangat disenangi karena memacu orang berpikir holistik dan komprehensif; namun perlu dilampirkan dengan narasi yang komprehensif dan komunikatif pula. Diperlukan keterampilan komunikasi efektif baik lisan maupun tulisan dalam menyampaikan informasi yang didapat dari hasil surveilans.


Tabel 32. Distribusi Karakteristik Demografi Responden di Desa X 2009 berdasarkan Sektor Formal dan Informal.
Umur
Sektor
Umur
< 15 tahun
15-24 tahun
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
>=65 tahun
formal (211)
N
0
19
77
67
42
6
0

%
0%
9%
36%
32%
20%
3%
0%
informal (96)
N
1
29
28
19
7
8
4

%
1%
30%
29%
20%
7%
8%
4%




Gambar 1. Contoh grafik distribusi absensi sakti berdasarkan Unit Kerja


Tabel 3.3 Gambaran faktor risiko di Puskesmas berdasarkan hasil SJS

Urutan
Faktor Risiko di Tempat Kerja
Populasi Berisiko
1
Ergonomi
26 %
2
Biologi
20 %
3
Kimia
12 %
4
Stres kerja
25 %
5
Lain-lain
11 %
6
Bising dan Panas
6 %

2.4            Rangkuman

Telah dijelaskan konsep dan lingkup sistem informasi K3, tentang input (data dasar), proses (pelaksanaan K3) dan output (indikator K3), sumber data  dan instrumen pengumpulan data bila diperlukan data primer, serta cara penyajian data yang komunikatif, agar mudah dimengerti dan dapat digunakan dalam pelaksanaan PWS dengan pendekatan surveilans. Pengumpulan data perlu dilakukan dengan cermat dan teliti dalam rangka menjamin validitas data.

2.5            Latihan

1.      Berangkat dari masalah penyakit tangan kesemutan pada dua orang tukang kebun di kampus Depok Univ. Indonesia, data apa yang perlu untuk identifikasi penyakit dan mencari faktor risiko serta pemecahan masalahnya.
Di mana data bisa didapat?
Kumpulkan, analisis dan sajikan data temuan dalam bentuk informasi yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

2.      Bidan Mui baru satu minggu bekerja di Desa Pinang Kecamatan Sirih Jawa Barat. Penduduk di Kecamatan Sirih banyak yang bekerja sebagai pembuat tahu untuk dipasok ke 8 desa lain. Dari pertemuan pertama dengan Kepala Desa, diketahui 2 famili Pak Kades menderita kulit gatal yang semakin melebar. Ketika Bidan Mui menanyakan apakah penyakitnya berkaitan dengan pekerjaan, Pak Lurah malah terheran-heran. Dari pertemuan itu, Bidan Mui berkesan bahwa pekerja belum mengerti dan kurang memperhatikan aspek K3nya.
Sebagai tenaga kesehatan yang dipercayakan untuk memperbaiki kondisi kerjanya, apa strategi yang harus dilakukan oleh Bidan Mui agar kelangsungan proses pemelajaran bisa berjalan lancar.

3.      Katarak dini pada operator mesin fotocopy. Apa yang harus diantisipasi. Data apa yang dibutuhkan untuk surveilans? Jelaskan bagaimana mendapatkannya?


2.6            Daftar Pustaka


Escuderol, H.G., Chen, M.I., Leo, Y.S. Surveillance of Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) in the Postoutbreak Period. Singapore Medical Journal. 2005:165.
Kurniawidjaja LM. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press: 2010.
Lauwerys, R.R., Hoet, P. Industrial Chemical Exposure Guidelines for Biological Monitoring 3rd Edition. USA: CRC Press LLC; 2001.


BAB III
SUMBER PEMBELAJARAN, METODE DAN MEDIA


·        Sumber Pembelajaran
1.      Buku referensi
2.      Modul Komunikasi Efektif
3.      Internet
·        Metoda Pembelajaran:
1.      Kuliah
2.      Tanya Jawab
3.      Diskusi Kelompok,
4.      Main peran
5.      Praktik Lapangan
6.      Tugas Kelompok
7.      Latihan Kasus
·        Media Pembelajaran:
1.      Flip chart
2.      Flash card
3.      Komputer-LCD,
4.      Sarana bermain peran




BAB IV
TUGAS
ke bawah perlu kesepakatan


A. STUDI KASUS

Pada perkuliahan ini ada 4 pokok bahasan yaitu Kesehatan Lingkungan, Gizi, Keselamatan dan Kesehatan kerja, dan Kesehatan ReproduksiMahasiswa diberi tugas untuk menyelesaikan studi kasus dan membuat laporan studi kasus dengan sistematika sebagai berikut:
  1. Judul studi kasus
  2. Daftar Isi
  3. Latar Belakang Studi kasus
  4. Kata kunci
  5. Identifikasi Masalah
  6. Analisis Masalah (kerangka berpikir)
  7. Hipotesis
  8. Pertanyaan yang harus terjaring
  9. Tinjauan Pustaka
  10. Daftar pustaka

Contoh jadwal alokasi studi kasus dalam satu kelas seperti berikut:
  1. Laporan Studi Kasus Gizi dikumpulkan pada Minggu ke-2
  2. Laporan Studi Kasus Kespro dikumpulkan pada minggu Ke-3
  3. Laporan Studi Kasus K3 dikumpulkan pada minggu Ke-4
  4. Laporan Studi Kasus KL dikumpulkan minggu ke-5

B. MAIN PERAN

Bermain peran ini merupakan kelanjutan dari studi kasus yang sudah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Diharapkan dengan bermain peran ini setiap mahasiswa mampu mempraktekkan studi kasus ini sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.  Ada 4 kali pertemuan dalam bermain peran, materi bermain peran terdiri dari : Materi Kesehatan Lingkungan, Materi Gizi, Materi Keselamatan dan kesehatan kerja, Materi Kesehatan Reproduksi.  Setiap kasus mempunyai lokasi yang berbeda, seperti di desa, Posyandu, tempat kerja, sekolah, dan Polindes.

  1. Tatanan Desa
Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dari peran-peran tersebut dan mampu bermain peran. Peran-peran yang berhubungan dalam studi kasus di tatanan desa antara lain adalah:
a.                  Kepala Desa
b.                  Petugas Puskesmas
c.                   Tokoh Masyarakat
d.                  Wartawan
e.                  Masyarakat

  1. Tatanan Posyandu
Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dari peran-peran tersebut dan mampu bermain peran. Peran-peran yang berhubungan dalam studi kasus di tatanan posyandu antara lain adalah:
a.                  Kader
b.                  PKK
c.                   Ibu hamil
d.                  Ibu bayi
e.                  Ibu balita
f.                    Balita
g.                  Pengasuh bayi dan balita
h.                  Ibu menyusui
i.                    Petugas kesehatan
j.                    Tokoh masyarakat

  1. Tatanan Tempat Kerja
Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dari peran-peran tersebut dan mampu bermain peran. Peran-peran yang berhubungan dalam studi kasus di tatanan tempat kerja antara lain adalah:
a.                  Kepala Desa
b.                  Petugas Puskesmas
c.                   Tokoh Masyarakat
d.                  Wartawan
e.                  Masyarakat pekerja
f.                    Pemilik/pengurus perusahaan dan jajarannya

  1. Tatanan Sekolah
Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dari peran-peran tersebut dan mampu bermain peran. Peran-peran yang berhubungan dalam studi kasus di tatanan sekolah antara lain adalah:
a.                  Kepala Sekolah
b.                  Guru (UKS, BP)
c.                   Komite Sekolah
d.                  Petugas Diknas Tingkat Kecamatan
e.                  Murid
f.                    Pengelola kantin sekolah
g.                  Penjaja makanan

  1. Tatanan Polindes
Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dari peran-peran tersebut dan mampu bermain peran. Peran-peran yang berhubungan dalam studi kasus di tatanan Polindes antara lain adalah:
a.                  Kader
b.                  PKK
c.                   Ibu hamil
d.                  Ibu bayi
e.                  Ibu balita
f.                    Balita
g.                  Pengasuh bayi dan balita
h.                  Ibu menyusui
i.                    Petugas kesehatan
j.                    Tokoh masyarakat


C. PRAKTIK LAPANGAN

Kegiatan kunjungan lapangan bertujuan supaya mahasiswa mampu mempraktekkan PWS efektif pada kelompok-kelompok masyarakat.  Salah satu kegiatan kunjungan lapangan ini adalah melakukan kegiatan penyuluhan pada anak-anak sekolah dasar, pada ibu-ibu yang datang ke posyandu, pada pengunjung puskesmas dan pada karyawan yang bekerja.   Ada 4 lokasi dan 4 materi kunjungan lapangan.  Setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok.  Setiap kelompok memilih metoda penyuluhan yang sesuai dan menyiapkan materi penyuluhan untuk 4 lokasi dengan materi yang berbeda. Praktik lapangan dapat dilakukan di desa, posyandu, polindes, sekolah, atau tempat kerja.

Pada akhir kegiatan praktik lapangan, mahasiswa melakukan presentasi hasil praktik lapangan dan membuat laporan kunjungan lapangan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil praktik lapangan selama 15 menit (10-15 slides) dan dilanjutkan dengan diskusi. Alokasi waktu presentasi dan diskusi untuk 4 kelompok adalah 3 jam.

Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
  1. Judul
  2. Kata Pengantar
  3. Pernyataan bebas plagiat yang ditandatangani oleh masing-masing anggota kelompok
  4. Daftar Isi
  5. Pendahuluan: Latar Belakang dan Tujuan
  6. Tinjauan Pustaka disesuaikan dengan materi penyuluhan
  7. Metoda: Bahan, Cara, Waktu, Tempat, Sasaran
  8. Hasil
  9. Kekuatan dan Kelemahan
  10. Kesimpulan dan Saran
  11. Daftar Pustaka
  12. Ucapan Terima Kasih

Tata cara penulisan laporan mengikuti Pedoman Penulisan Tugas Akhir UI yang dapat diunduh di:..................................

Laporan Praktik Lapangan dikumpulkan pada minggu ke-5.

BAB V
EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN



·         Ujian tulis dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 semester.

·         Jenis instrumen ujian tulis            : Soal pilihan berganda

·         Bentuk                                           : - Tugas
                                                     - Ujian tertulis

·         Instrumen & pembobotan Evaluasi Hasil Pembelajaran


Jenis Instrumen
Jumlah Soal
Bobot
Soal pilihan berganda
75*
30%
Laporan kasus

20%
Praktek Komunikasi
§ Lapangan
§ Presentasi


               30%
Laporan praktik lapangan

20%
*) Masing-masing mata kuliah (Komunikasi Kesehatan, Promosi Kesehatan di Komunitas, dan Metode dan Teknik
     Pendidikan dalam promosi Kesehatan) terdiri dari 25 soal




3 komentar:

  1. mantap ya kak, materi semuanya dimskin dong, biar km bs lht

    BalasHapus
  2. kok tentang konsep konsep hazard tidak di jelaskan secara detail.. tapi bagus blog ini sangat membantu mahasiswa sebagai referensi...

    BalasHapus
  3. copy paste dari mana mbak?

    BalasHapus