PERILAKU
ORGANISASI PROFESI
Empat
kata kunci pada makalah singkat ini, yakni;
(1) profesi; (2) organisasi; dan
(3) organisasi profesi; (4) perilaku organisasi.
PROFESI
Profesi dimaknai sebagai pekerjaan atau kegiatan, dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan, memerlukan
keahlian (scientific service, knowledge based service
), kemahiran
atau kecakapan yang diperoleh
melalui pendidikan profesi, pengalaman dan pembelajaran terus menerus, dan memenuhi
standar mutu dan norma tertentu.
Elemen Esensial Profesi
Greenwood
mengidentifikasi penting dari sebuah profesi;
(1) Systematic Body of Theory; scientific and knowledge based service;
(2)
Professional Authority; clientele of professional group;
(3) Sanction of
Community; reward and punishment;
(4) Regulative Core of Ethis; regulating
relations of professional persons; with
client/customer and colleagues;
(5) The
Professional Culture”’ sustained by formal professional association”, dikutip
dari Howard M. Vollmer and Donald L. Mills
(1966) dalam bukunya “Professionalization”.
Karakteristik
Sebuah Profesi
Disarikan
dari pendapat
para pakar, karakteristik atau
ciri sebuah profesi
adalah sebagai
berikut;
(1) Orientasi layanan sosial melebihi
layanan pribadi;
(2) Mendapat pengakuan dan penghargaan dari masyarakat;
(3) Layanan bersifat
saitifik atau ahli;
(4) Dipersiapkan melalui pre-service education yang
terencana secara integral;
(5) Perbaikan secara terus menerus melalui
in-service education. Satu
contoh guru di negara
maju, sedikitnya 11
hari setiap tahunnya mereka
melakukan
check up ke almamaternya untuk mengetahui atau mereview kompetensi sebagai agen
pembelajaran;
(6) Standarisasi dan
kualifikasi oleh organisasi profesi;
(7) Bekerja dengan kode etik yang
diputuskan oleh organisasi profesi;
(8) Jabatan sebagai karier hidup.
Prinsip-Prinsip
Profesionalitas
(1)
Memiliki bakat, panggilan jiwa dan idealisme;
(2)
Memiliki komitmen
dalam pelayanan bermutu, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia;
(3) Memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
(4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas;
(5) Memiliki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) Memperoleh
penghasilan sesuai prestasi kerja;
(7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (
8)
Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan
(9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan.
Tata Nilai
Perilaku
organisasi diatur oleh kode etik yang memuat nilai-nilai universal. Misalnya, (1)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berisi nilai; “Change for The Better melalui;
(a) prosperity; (b) Peace; (c) Justice; and (d) Democracy; (2) Barack Obama; “Change. Belief It”; (c)
Kementerian Pendidikan Nasional berisi nilai; “Melayani Semua dengan Amanah”;
(3) FKIP Untan; “Kebersamaan dan Kualitas”.
Pelayanan
adalah fungsi penting sebuah profesi (broader community service).
ORGANISASI
Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup
tanpa orang lain. Satu adalah jumlah yang terlalu sedikit untuk men-capai
kebesaran.
Organisasi adalah kesatuan sosial yang
dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
Peter
F. Drucker (2008) dalam bukunya “The Daily Drucker” menegaskan beberapa hal
tentang organisasi: (1) semua organisasi perlu mengetahui bahwa tidak ada
program atau aktivitas akan bekerja secara efektif dalam jangka panjang tanpa
adanya modifikasi atau desain ulang, Warren Bennis dan Michael Mische (1996)
dalam bukunya “The 21st Century Organization: Reinventing Through
Reengineering” mengemukakan tahap rekayasa ulang organisasi; (a) Tahap I:
Menciptakan Visi dan menetapkan tujuan; Tahap II: Benchmarking dan
mendefinisikan keberhasilan; Tahap III: Menginovasi proses; Tahap IV:
mentranspormasi organisasi; dan Tahap V: Memantau proses yang direkayasa ulang.
(adaptability). Di antara organisasi yang paling keras mengabaikan kenyataan
ini adalah pemerintah. Rumah sakit dan universitas sedikit lebih baik dibanding
pemerintah dalam meninggalkan masa lalu; (2) semua organisasi harus mampu untuk
berubah, artinya jika organisasi ingin tetap bertahan hidup, maka setiap
organisasi memerlukan satu kompetensi inti, yakni inovasi (metapora
dinosaurus-kecoa, dan filosofi pohon bambo). Sebuah organisasi modern harus
mampu mengawali perubahan dengan berinovasi; (3) masyarakat di semua negara
maju (satu diantara ciri masyarakat modern, filosofi sapu lidi, yang kecil
mengalahkan yang bersar karena terorganisir dengan rapi yang berintikan sense
of belonging, togetherness, and responsibility) telah menjadi suatu masyarakat
organisasi. Organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan. Sarana semakin
terspecialisasi (khusus) dan focus pada tujuan atau tugas yang dilakukakannya, maka
akan semakin besar kapasitas kinerjanya. Dengan perkataan lain, Jika semakin
jelas mendefinisikaan tujuannya, maka semakin kuat organisasi tersebut. Organisasi
akan menjadi lebih efektif, jika semakin banyak standar pengukurannya dan
standar tersebut digunakan dalam menilai kinerja. Organisasi lebih
terlegitimasi jika semakin kuat dalam mendasari otoritas penilaian melalui
kinerja; (4) rencana terbaik hanya sekedar maksud baik, kecuali jika hal itu
diturunkan ke dalam kerja; (5) cara paling efektif untuk sukses dalam mengelola
perubahan adalah dengan menciptakannya, dan masa depan adalah milik mereka yang
memikirkannya atau mempersiapkannya hari ini; (6) semakin berkembang suatu
organisasi, individu di dalamnya akan semakin dapat berkembang; (7) organisasi
yang bekerja dengan baik menikmati apa yang dilakukannya; (8) satu prinsip
penting organisasi adalah transparansi, memiliki otoritas dengan tanggung jawab
yang sepadan,
William
A. Cohen (2008) dalam bukunya “A Class with Drucker” (murid Drucker) menceritakan pengakuan
gurunya tentang model organisasi yang sangat dikaguminya; (1) tiga bidang manajemen militer yang disenangi
Drucker, yakni; (a) pelatihan; (b) sistem promosi; (c) kepemimpinan. Asumsi
“semakin giat berlatih semakin mudah melakukan tindakan yang sesungguhnya dan
semakin baik pula kinerja”. Jenderal Perang Dunia II, George S. Patton
menyatakan; “Setengah liter keringat pada saat latihan, sama nilainya dengan
satu galon darah pada saat perang”. Semakin giat anda berlatih, maka makin baik
kinerja anda. Sistem seleksi promosi di
kalangan militer AS belum sempurna, tetapi yang paling adil diantara sistem
yang digunakan untuk organisasi besar. Delapan aturan kepemimpinan universal;
(a) utamakan integritas; (b) kenali perangkat anda; (c) ungkapkan harapan anda;
(d) tunjukkan komitmen yang luar biasa; (e) harapkan hasil positif; (f) urus
anak buah anda; (g) utamakan tugas di atas urusan pribadi; (h) dan selalu
berada di depan; (2) organisasi baru berbasis informasi dan inovatif.
ORGANISASI PROFESI
1.
Kehadiran organisasi profesi yang
professional dan terpercaya, akan memperkuat eksistensi atau keberadaan sebuah
profesi (entri point).
2. Setiap
profesi beroperasi melalui jejaringan organisasi profesi, unjuk kerjanya
terlihat dari pelayanan yang diberikannya, mekanisme institusional yang mampu
mempertemuan kebutuhan clientnya, mencari sumber daya untuk melakuan kegiatan
pendidikan, latihan, riset dan pengembangan (learning organization).
3. Nilai
sosial sebuah organisasi profesi merupakan keyakinan dasar dan foundamental.
4. Norma atau
tata nilai sebuah organisasi profesi menjadi tuntunan atau pedoman perilaku
organisasi
PERILAKU ORGANISASI
Paul
Hersey dan Ken Blanchard (1990) dalam bukunya “Management of Organizational
Behavior” menyatakan bahwa “perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan.
Dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan tertentu”. McClelland dan Atkinson mengemukakan kurva normal
yang menghubungkan antara motivasi dan kemungkinan keberhasilan.
Keith
Davis dan John W. Newstrom (1990) dalam bukunya “Human Behavior at Work:
Organizational Behavior” mendefinisikan perilaku organisasi adalah telaah dan
penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang bertindak dalam organisasi.
Perilaku organisasi adalah sarana manusia bagi keuntungan manusia.
Unsur
pokok dalam perilaku organisasi adalah; (1) orang, dimana mereka membentuk
system social intern organisasi; (2) struktur, menentukan hubungan resmi orang
dalam organisasi; (3) teknologi, yakni sumber daya yang digunkan untuk bekerja,
dan mempengaruhi tugas yang mereka lakukan; dan (4) lingkungan, artinya
organisasi tidak berada di ruang vakum ataau hampa.
Gibson,
Ivancevick dan Donnelly (1990) dalam bukunya “Organization” mengatakan untuk mengetahui perilaku individu
dalam organisasi perlu pemahaman tentang ciri psikologis dari perilaku individu
tersebut, yakni; (1) perception (proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
seorang individu, terkait dengan mindset, pikiranku adalah kelakuanku; (2)
attitude; (3) personality/karakter; (4) learning, and (5) motivation
(terpenuhinya need/motivasi/perilaku. Akhir kehidupannya Abraham Maslow
menyesali teori hirarki kebutuhan yang diciptakan; fisiologi,
keselamatan/keamanan, rasa memiliki, penghargaan dan aktualisasi diri;
Herzberg; kondisi kerja, keselamaatan kerja, hubungan interpersonal, kondisi
yang memotivasi, dan pekeerjaan itu sendiri; McClelland; afiliasi, kekuasaan,
dan prestasi; Vroom; harapan/peluang/tantangan, keadilaan, reinforcement atau
penguatan).
Beberapa
variable selain variable psikologis di atas yang mempengaruhi perilaku
individu; (1) Fisiologis; kemampuan fissik dan mental; dan (2) Lingkungan;
keluarga, kebudayaan dan kelas social.
Alasan
orang membentuk kelompok atau berorganisasi; (1) pemuasan kebutuhan; (2)
kedekatan dan daya tarik; (3) tujuan kelompok. Biasanya sesuai dengan tujuan
individu/modal sosial; (4) alasan ekonomi.
Organisasi
dapat membentuk perilaku individu anggotanya, tergantung pada integritas kepemimpinan,
dan integritas kepemimpinan merupakan faktor penting dalam perubahan perilaku organisasi.
Karena esensi dari kepemimpinan adalah mempengaruhi (influence) orang lain.
Bagaimana kepemimpinan dapat menciptakan atmosfir organisasi yang kondusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar