Konseling Pra-tes HIV
Pendahuluan
Kebijakan UN tes HIV senantiasa didahului
konseling pra-tes. Kebijakan UN berbunyi bahwa setiap konseling sukarela
termasuk didalamnya pembuatan informed consent sebelum pemeriksaan darah HIV, menjaga
kerahasiaan dan konseling pasca-tes Konseling pra-tes HIV membantu klien menyiapkan diri untuk pemeriksaan darah HIV,
memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan
memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV. Dalam
konseling didiskusikan juga soal seksualitas, hubungan relasi, perilaku seksual
dan suntikan berisiko, dan membantu klien melindungi diri dari infeksi.
Konseling dimaksud juga untuk meluruskan pemahaman yang salah tentang AIDS dan
mitosnya
Keterbatasan waktu untuk setiap klien sering menjadi
kendala bagi konselor dalam melaksanakan konseling pra-tes.
Dalam waktu yang singkat , ia harus memfokuskan diri pada masalah tentang tes,
prevensi, dan penularan HIV. Setiap individu yang datang pada konselor membawa
banyak isu yang perlu dibicarakan, disadari ataupun tidak, sehingga tak cukup
didiskusikan dalam konseling pra-tes . Bila demikian diperlukan perjanjian ulang
untuk datang konseling lagi dilain waktu atau di rujuk ke fasilitas yang
memadai bagi kebutuhan klien.
Konseling
pre tes menantang konselor untuk dapat membuat keseimbangan antara pemberian
informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi klien . Banyak orang takut melakukan tes HIV karena
berbagai alasan termasuk perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi masyarakat dan
keluarga. Karena itu layanan VCT senantiasa melindungi
klien dengan menjaga kerahasiaan. Peletakan kepercayaan klien pada konselor merupakan
dasar utama bagi terjaganya rahasia dengan demikian hubungan baik, saling
memahami dapat terbina, suatu hal yang menjadi tanggung jawab konselor. Penggunaan ketrampilan konseling
mikro sangat penting untuk membina rapport dan menunjukkan adanya layanan
berfokus pada klien.
Disarankan
konselor mempunyai ikhtisar rinci akan proses VCT dan dapat dijangkau dengan
mudah ketika diperlukan (sebagai berikut).
Ikhtisar sepanjang tak lebih dari satu muka halaman sehingga mudah
dibaca secara cepat , termasuk lembar periksa sesuai prosedur.
Pedoman proses konseling pra-tes yaitu :
1. Periksa ulang nomor kode dalam formulir ALL sesuai kode klien.
2. Introduksi dan orientasi
· Nama, pekerjaan dan peran
misal “Saya Ratna , konselor
ditempat ini. Saya akan mendiskusikan berbagai keprihatinan saudara tentang HIV
dan AIDS dan hal lain yang mungkin dialami.”
·
Kerahasiaan (termasuk diskusi isu sensitif) dan anonimitas.
Misal “Apa yang kita didiskusikan tidak akan keluar
dari ruang ini. Saudara mempunyai kode nama dan kode nomor. Tak seorangpun
mengenal dari nama .Kita akan mendiskusikan isu sensitif, bila saudara merasa
tak nyaman menjawab pertanyaan yang diajukan, tidak usah dijawab.”
· Kerangka proses VCT– sesi, durasi, prosedur tes.
Misal “Kami
melayani orang yang datang ke tempat ini secara sukarela.Kita akan berdiskusi
selama 30-45 manit. Jika saudara
memutuskan diri untuk melaksanakan tes, saudara menunggu hasilnya dalam waktu
……” Kemudian kita akan bertemu lagi
untuk diskusi sebelum dan sesudah saudara menerima hasil tes”
·
Catatan medik ditangan konselor [
Formulir pra-tes Client Information Record and Result (CIRR)]
Misal “Pada akhir sesi saya akan menuliskan catatan
tentang diskusi kita agar tercatat apa yang kita lakukan untuk digunakan saat
diperlukan lagi “
3. Data demografik dan pengumpulan data
4. Apa yang dapat saudara pelajari dari layanan ini ? Informasi ini penting untuk social marketing layanan VCT .
5. Alasan kunjungan.misal mengapa klien memilih tempat layanan ini .
6. Fakta dasar tentang HIV dan AIDS
·
Periksa pemahaman tentang
HIV/AIDS
·
Modus transmisi termasuk penularan ibu-bayi (mother
to child transmission (MTCT)
7. Kombinasikan edukasi tentang risiko dan penilaian risiko diri sendiri. Sampaikan isu dibawah ini untuk diskusi masalah sensitif:
Saya memerlukan diskusi
tentang beberapa hal pada hari ini yang mungkin secara normal tak akan
diskusikan orang lain. Diskusi ini diperlukan karena memungkinkan:
1.
Memberikan
umpan balik realistik kepada saudara akan risiko terinfeksi- mungkin saudara
merasa cemas
2.
Memastikan
bahwa saudara dan pasangan akan tetap memelihara keamanan diri dikemudian hari-
cara hubungan yang berbeda, risiko berbeda juga
3.
Melihat
masalah kesehatan potensial yang tidak dapat ditangkap oleh alat tes– sehingga
mungkin diperlukan tes lainnya
4. Melakukan terapi memadai dan saran perawatan
. Ketika hasil tes positif, kita perlu menelusuri kapan saat infeksi masuk
tubuh saudara atau adakah infeksi lain yang juga memerlukan terapi.
Sebagaimana saudara lihat ada beberapa alasan sehingga kita perlu
berdiskusi secara terbuka meski kadang tidak menyenangkan
.
Menilai sistem dukungan
Siapa yang tahu bahwa klien datang ke layanan VCT, Apakah pasangannya tahu? Kepada siapa klien mencurahkan isu personalnya ? Kepada siapa klien menyampaikan hasil tes HIV negatif atau positif ? (kerabat dekat, pasangan dan lainnya) Mengapa, bila, dimana, bagaimana ? Menduga rekasi klien dan penatalaksaan reaksi klien, Memperkirakan dukungan orang dekat, Diskusikan atau sediakan informasi hidup sehat dan KIE – diet seimbang, layanan medik, KB, periksa PMS dan terapinya; pencegahan infeksi oportunistik, pencegahan malaria; hindari infeksi berulang, hindari napza termasuk alkohol dan rokok; cukup gerak tubuh dan istirahat; dukungan dan rasa optimis. Mis “Hidup sehat berarti saudara menjaga kesehatan fisik dan emosi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan berumur panjang”
Nilai
kesiapan klien untuk tes. Jika siap, lakukan persetujuan pelayanan dengan informed consent.
Tetapkan
kontrak sesi konseling pasca tes sepanjang 20-30 menit.
Informed consent –perlunya
informed consent adalah bahwa klien benar memahami makna tes dimana
antibodi terdeteksi dalam pemeriksaan darah dan cukup informasi tentang apa
arti terinfeksi, prosedur, sistem pemeriksaan serta tata cara melaporkan hasil
. Klien menyadari akan keuntungan yang
dapat diambil dari tes dan mampu mengatasi potensi kesulitan yang mungkin
timbul. Hendaknya pemahaman tidaklah menyimpang.
[1] UNAIDS Policy on HIV testing and counselling (1997)
http://www.unaids.org/publications/documents/health/counselling/counselpole.html
[2] UNAIDS (1997) Counselling
and HIV/AIDS UNAIDS Technical Update.
UNAIDS Best Practice Collection. Geneva.
[3] Kalichman, S.
(1995) Understanding AIDS A guide to Mental Health Professionals. American
Psychological Association. Washington.
[4] O’Connor, M.
(Edit) (1997) Treating the Psychological Consequences of HIV Jossey – Bass
Publishers.
[5] UNAIDS (2000) Voluntary
Counselling and Testing(VCT) UNAIDS Technical Update. UNAIDS Best Practice Collection. Geneva.
[6] Population Services
International (2001) VCT Site Operation Procedures Manual, Zimbabwe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar