Ini adalah kata yang harus selalu kita ucapkan, bahkan kalau perlu kita teriakkan ketika kita mengalami kegagalan. "Bangkit!" adalah kata untuk Anda yang sedang terpuruk, untuk Anda yang sedang bersedih, untuk Anda yang sedang putus asa, untuk Anda yang sedang patah hati, dan untuk Anda yang sedang kehilangan semangat.
"Bangkit!" adalah jawaban untuk sebuah kegagalan; ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Bukannya berhenti mencoba dan pasrah-menganggap diri sendiri sebagai orang yang gagal, tapi bangkitlah! Mulailah langkah yang baru dan terapkan determinasi diri. Kita tunjukkan keteguhan hati kita, konsisten dengan apa yang sedang kita tuju, dan tidak berhenti sebelum berhasil.
Kita mengalami kegagalan bukan untuk menjadi orang yang gagal, kecuali kita berhenti mencoba, berhenti melangkah dan menghapus mimpi indah kita. Kita gagal untuk belajar sangat banyak hal dari kegagalan itu sendiri. Kita gagal untuk bangkit lagi. Kita gagal untuk mencoba lagi. Kita gagal untuk sukses!
Tanpa kegagalan, kita akan sulit dan jarang mau menyelami diri sendiri. Mau berusaha mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya; mengetahui kelemahan dan kelebihan diri kita yang sebenarnya unik. Dan pada akhirnya kita jadi tahu apa tujuan hidup kita yang sesungguhnya; tujuan hidup kita yang teragung. Bukan hanya menjalani hari demi hari sebagai sebuah rutinitas, tapi sebagai karya terbaik untuk kita persembahkan; tidak hanya untuk hidup di dunia ini, tapi juga untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Bangkit! Akan menjadi kata yang indah, bahkan lebih indah dari sajak cinta Kahlil Gibran bila kita praktekkan segera setelah kita mengalami kekagalan. Bangkit! Tidak hanya dari tidur, tidak hanya dari kehancuran, tapi untuk bangkit menjadi manusia yang luar biasa. Jadi, tidak ada lagi kata putus asa di dalam kamus hidup kita.
Tanpa kegagalan, kita akan sulit dan jarang mau menyelami diri sendiri. Mau berusaha mengenal siapa diri kita yang sesungguhnya; mengetahui kelemahan dan kelebihan diri kita yang sebenarnya unik. Dan pada akhirnya kita jadi tahu apa tujuan hidup kita yang sesungguhnya; tujuan hidup kita yang teragung. Bukan hanya menjalani hari demi hari sebagai sebuah rutinitas, tapi sebagai karya terbaik untuk kita persembahkan; tidak hanya untuk hidup di dunia ini, tapi juga untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Bangkit! Akan menjadi kata yang indah, bahkan lebih indah dari sajak cinta Kahlil Gibran bila kita praktekkan segera setelah kita mengalami kekagalan. Bangkit! Tidak hanya dari tidur, tidak hanya dari kehancuran, tapi untuk bangkit menjadi manusia yang luar biasa. Jadi, tidak ada lagi kata putus asa di dalam kamus hidup kita.
Orang yang tergeletak seperti orang tidur, namun tidak pernah bangkit lagi akan segera dikubur oleh orang-orang di sekitarnya. Jangan sampai kita dikubur seperti itu padahal kita masih ingin hidup seribu tahun lagi. Kita masih ingin menggapai cita-cita kita, mewujudkan impian hidup kita, dan meraih kebahagiaan kita. Selagi kita masih dianugerahi jantung yang berdetak mengalirkan darah dan paru-paru yang memompakan udara, bukankah kita sama sekali tidak pantas untuk diam terlalu lama, sedih yang berlarut-larut dan putus asa yang tiada beralasan. Jangan biarkan impian terindah kita terbawa ke alam kubur tanpa pernah menjadi kenyataan selagi kita masih menapak di atas muka bumi.
Mungkin kegagalan yang kita alami teramat menyakitkan bagi kita. Kita menganggap dunia seperti kiamat, namun lihatlah... mentari masih terbit dari ufuk timur, menebarkan kehangatannya di pagi hari dan kilau keemasannya di sore hari. Dengarlah, burung-burung masih berkicau dan kita pun masih bisa merasakan segarnya udara di pagi hari. Ternyata kegagalan itu, walaupun menyakitkan, ternyata tidak sampai membunuh kita. Yang membunuh kita adalah semangat kita yang hilang, motivasi kita yang mati.
Bangkit kembali, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang kita cintai. Untuk mereka yang telah menjadi perantara kita ada di dunia ini dan mereka yang telah memberi arti bagi kehidupan kita. Apalagi Tuhan juga membenci orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
Selama kita masih dikaruniai anugerah yang namanya "hidup", berarti kita masih berhak memiliki harapan, berhak bermimpi dan mewujudkan apa yang kita impikan. Jangan ijinkan harapan kita sirna hanya karena satu, dua atau tiga kali kegagalan, dan seterusnya. Banyak orang yang lebih menderita dari kita, yang dicoba dengan ujian yang lebih berat dari apa yang kita alami. Yang harus kita lakukan sekarang adalah bangkit dari kegagalan, berusaha lebih keras dan bertawakal kepada Allah SWT.
Kita juga bisa belajar dari orang-orang sukses yang telah lulus melewati masa-masa pahit, yang terus mencoba dan mencoba lagi sampai tak terhitung banyaknya. Dan mereka pun akhirnya menjadi pribadi-pribadi yang mengagumkan yang mewarnai sejarah dunia.
Bangkit kembali, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang kita cintai. Untuk mereka yang telah menjadi perantara kita ada di dunia ini dan mereka yang telah memberi arti bagi kehidupan kita. Apalagi Tuhan juga membenci orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
Selama kita masih dikaruniai anugerah yang namanya "hidup", berarti kita masih berhak memiliki harapan, berhak bermimpi dan mewujudkan apa yang kita impikan. Jangan ijinkan harapan kita sirna hanya karena satu, dua atau tiga kali kegagalan, dan seterusnya. Banyak orang yang lebih menderita dari kita, yang dicoba dengan ujian yang lebih berat dari apa yang kita alami. Yang harus kita lakukan sekarang adalah bangkit dari kegagalan, berusaha lebih keras dan bertawakal kepada Allah SWT.
Kita juga bisa belajar dari orang-orang sukses yang telah lulus melewati masa-masa pahit, yang terus mencoba dan mencoba lagi sampai tak terhitung banyaknya. Dan mereka pun akhirnya menjadi pribadi-pribadi yang mengagumkan yang mewarnai sejarah dunia.
Yang harus kita renungkan adalah kegagalan yang dulu pernah membuat kita bersedih atau menangis pilu sebenarnya merupakan pembuka pintu sukses yang lebih besar; sukses yang sebelumnya belum pernah terbayangkan. Dan ini kembali kepada sikap kita terhadap kegagalan itu sendiri. Bukan karena orang lain, tetapi tergantung diri kita sendiri; bagaimana kita menyikapi dan memandang kegagalan. Jawaban untuk sebuah kegagalan ada dalam diri kita sendiri. Kita bebas menentukan sikap dan langkah kita selanjutnya.
Selalu ada hikmah di balik setiap kegagalan. Kita bebas memilih apakah akan mengambil pelajaran atau justru meratapinya. Kita bebas untuk memilih apakah akan memanfaatkan energi di baliknya atau justru berputus asa. Ada dua pilihan pasti yang harus kita ambil: bangkit atau menyerah. Dan menyerah adalah keputusan seorang pecundang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar