Kamis, 12 Mei 2011

Counceling Pre Test HIV

Konseling Pra-tes  HIV

Tujuan

 

Agar peserta  latih mampu :

  • Menerapkan pengetahuan dasar mikro tentang konseling dalam konseling pra-tes HIV
  • Mengintegrasikan penilaian risiko klinis, edukasi prevensi HIV dan konseling pra-tes HIV
  • Menilail strategi kemampuan penyesuaian diri individu dan sistem dukungan psikososial
  • Memfasilitasikan informed consent klien

Pendahuluan

Kebijakan UN tes HIV senantiasa didahului konseling pra-tes. Kebijakan UN berbunyi  bahwa setiap konseling sukarela termasuk didalamnya pembuatan informed consent sebelum pemeriksaan darah HIV, menjaga kerahasiaan dan konseling pasca-tes [i][1]. Konseling pra-tes HIV membantu klien menyiapkan diri untuk pemeriksaan darah HIV, memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV. Dalam konseling didiskusikan juga soal seksualitas, hubungan relasi, perilaku seksual dan suntikan berisiko, dan membantu klien melindungi diri dari infeksi. Konseling dimaksud juga untuk meluruskan pemahaman yang salah tentang AIDS dan mitosnya[2].

Keterbatasan waktu untuk setiap klien sering menjadi kendala bagi konselor dalam melaksanakan konseling pra-tes. Dalam waktu yang singkat , ia harus memfokuskan diri pada masalah tentang tes, prevensi, dan penularan HIV. Setiap individu yang datang pada konselor membawa banyak isu yang perlu dibicarakan, disadari ataupun tidak, sehingga tak cukup didiskusikan dalam konseling pra-tes .[3]  Bila demikian diperlukan perjanjian ulang untuk datang konseling lagi dilain waktu atau di rujuk ke fasilitas yang memadai bagi kebutuhan klien.

Konseling pre tes menantang konselor untuk dapat membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi klien [4].  Banyak orang takut melakukan tes HIV karena berbagai alasan termasuk perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi masyarakat dan keluarga. Karena itu layanan VCT senantiasa melindungi klien dengan menjaga kerahasiaan. Peletakan kepercayaan klien pada konselor merupakan dasar utama bagi terjaganya rahasia dengan demikian hubungan baik, saling memahami dapat terbina, suatu hal yang menjadi tanggung jawab konselor.[5]  Penggunaan ketrampilan konseling mikro sangat penting untuk membina rapport dan menunjukkan adanya layanan berfokus pada klien.

Disarankan konselor mempunyai ikhtisar rinci akan proses VCT dan dapat dijangkau dengan mudah ketika diperlukan (sebagai berikut).  Ikhtisar sepanjang tak lebih dari satu muka halaman sehingga mudah dibaca secara cepat , termasuk lembar periksa sesuai prosedur.

Pedoman proses konseling pra-tes  [6] ( versi rinci)


1.    Periksa ulang nomor kode dalam formulir ALL sesuai kode klien.


2.    Introduksi dan orientasi


·         Nama, pekerjaan dan peran
misal “Saya Ratna , konselor ditempat ini. Saya akan mendiskusikan berbagai keprihatinan saudara tentang HIV dan AIDS dan hal lain yang mungkin dialami.”

·         Kerahasiaan (termasuk diskusi isu sensitif) dan anonimitas.
Misal  “Apa yang kita didiskusikan tidak akan keluar dari ruang ini. Saudara mempunyai kode nama dan kode nomor. Tak seorangpun mengenal dari nama .Kita akan mendiskusikan isu sensitif, bila saudara merasa tak nyaman menjawab pertanyaan yang diajukan, tidak usah dijawab.”

·         Kerangka proses VCT– sesi, durasi, prosedur tes.
Misal  “Kami melayani orang yang datang ke tempat ini secara sukarela.Kita akan berdiskusi selama 30-45 manit.  Jika saudara memutuskan diri untuk melaksanakan tes, saudara menunggu hasilnya dalam waktu ……”  Kemudian kita akan bertemu lagi untuk diskusi sebelum dan sesudah saudara menerima hasil tes”

·        Catatan medik ditangan konselor [ Formulir pra-tes Client Information Record and Result (CIRR)]
Misal  “Pada akhir sesi saya akan menuliskan catatan tentang diskusi kita agar tercatat apa yang kita lakukan untuk digunakan saat diperlukan lagi “

3.    Data demografik dan pengumpulan data

 

4.    Apa yang dapat saudara pelajari dari layanan ini ?  Informasi ini penting untuk  social marketing layanan VCT .


5.    Alasan kunjungan.misal mengapa klien memilih tempat layanan ini  .


6.    Fakta dasar tentang HIV dan AIDS


·         Periksa pemahaman tentang HIV/AIDS
·         Modus  transmisi termasuk penularan ibu-bayi (mother to child transmission (MTCT)


7.    Kombinasikan edukasi tentang risiko dan penilaian risiko diri sendiri.  Sampaikan isu dibawah ini untuk diskusi masalah sensitif:


Saya memerlukan diskusi tentang beberapa hal pada hari ini yang mungkin secara normal tak akan diskusikan orang lain. Diskusi ini diperlukan karena memungkinkan:

1.    Memberikan umpan balik realistik kepada saudara akan risiko terinfeksi- mungkin saudara merasa cemas
2.    Memastikan bahwa saudara dan pasangan akan tetap memelihara keamanan diri dikemudian hari- cara hubungan yang berbeda, risiko berbeda juga
3.    Melihat masalah kesehatan potensial yang tidak dapat ditangkap oleh alat tes– sehingga mungkin diperlukan tes lainnya
4.   Melakukan terapi memadai dan saran perawatan . Ketika hasil tes positif, kita perlu menelusuri kapan saat infeksi masuk tubuh saudara atau adakah infeksi lain yang juga memerlukan terapi.

Sebagaimana saudara lihat ada beberapa alasan sehingga kita perlu berdiskusi secara terbuka meski kadang tidak menyenangkan
.

Dibawah ini saran untuk tata laksana penilaian risiko. Gunakan penilaian rinci risiko klinis pro forma sesuai dengan modul penilaian risiko klinis (Modul 2 sub modul 5.2).  Isu budaya dan klinis memberi pengaruh akan berjalannya sesi ini..

·         Risiko terpajan– bila, dimana, bagaimana (lihat penilaian risiko klinis )
·         Aktivitas seksual dan umur hubungan seks pertama kali  [jika tidak ada aktivitas seksual aktif, tanyakan tentang seks oral]
·         IMS – Infeksi Menular Seksual – apa jenisnya infeksi sekarang ,  dalam 3, 6, 9, 12 bulan terakhir atau sebelumnya 
·         Jumlah pasangan seksual tetap dan tidak tetap
·         Penggunaan kondom pasangan seksual tetap dan tidak tetap
·         Pendorong risiko  – alkohol, napza,  stres, kesepian, uang

Risiko pasangan 
·         Keprihatianan akan pasangan HIV
·         Riwayat seksual yang lalu
·         Faktor risiko pencetus dari pasangan
·         Perjalanan pekerjaan
·         Hidup bersama atau terpisah
·         Apakah pasangan punya pasangan seksual lainnya
·         Pengetahuan status HIV pasangan
·         Rencana mendatang dengan pasangan
·         IMS pasangan

8.    Komunikasi dengan pasangan

·         Diskusi tentang  HIV dan IMS
·         Diskusi tentang  pengurangan risiko
·         Diskusi tentang  test
·         Diskusi tentang  kondom dan penggunaannya 

9.    Pengurangan risiko

·         Upaya pengurangan risiko [sebelumnya ]
·         Detil  keberhasilan upaya
·         Detil kegagalan upaya atau hambatan 
Misal “Apa yang paling sulit dalam pengurangan risiko “
·         Nilai ketrampilan penggunaan kondom dan tunjukkan cara penggunaannya
·         Lihat ulang pencetus perilaku risiko tinggi
·         Pilihan pengurangan risiko
Mis. “Apakah saudara merasa mudah berubah atau mengalami kesulitan. Mengapa?”
·         Diskusikan tentang pengurangan risiko dan tes bagi pasangan dan permainan peran
·         Simpulkan rencana pengurangan risiko yang telah disetujui

10.  Tes HIV

·         Ketika klien belum siap tes , katakan bahwa tes merupakan pilihan
·         Nilai riwayat tes dan hasilnya
·         Terangkan tentang tes HIV dan hasil tes yang dimungkinkan
·         Diskusikan arti hasil positif, negatif dan indeterminan
·         Diskusikan bagaimana klien bereaksi atas segala hasil
·         Diskusikan apa harapan klien akan hasil tes pada hari ini
·         Nilailah ide bunuh diri
·         Diskusikan keuntungan dan kerugian melakukan tes HIV
·         Implikasi hasil tes pada diri sendiri, pasangan dan keluarga
·         Ketika klien menginginkan tes, upayakan untuk mengetahui bagaimana perasaan klien jika hasil tesnya diterima
·         Jika klien TAK mau diberitahukan hasil tes nya dan simpulkan

Jangan lupa untuk mendiskusikan masa jendela dan kebutuhannya, jika mungkin lakukan tes ulang. Contoh dibawah ini dapat digunakan.

Contoh pengungkapan masa jendela kepada klien :

Ketika HIV masuk dalam tubuh seseorang , tubuh menyadari bahwa virus HIV bukanlah sesuatu yang seharusnya berada dalam tubuh.

Sistem kekebalan tubuh mulai membangun perlawanan untuk membunuh HIV dan melindungi orang itu. Tes darah untuk HIV adalah menangkap adanya antibodi, dan karenanya disebut tes antibodi.

Perlu waktu 12 minggu sesudah infeksi HIV masuk untuk memunculkan antibodi.

Karenanya tes HIV tidak menjamin seseorang tak mempunyai virus HIV dalam tubuhnya, baru setelah 12 minggu tes akan positif. Masa 12 minggu disebut masa jendela.


11.  Menilai sistem dukungan

·         Siapa yang tahu bahwa klien datang ke layanan VCT?
·         Apakah pasangannya tahu?
·         Kepada siapa klien mencurahkan isu personalnya ?
·         Kepada siapa klien menyampaikan hasil tes HIV negatif atau positif ? (kerabat dekat, pasangan dan lainnya) Mengapa, bila, dimana, bagaimana ?
·         Menduga rekasi klien dan penatalaksaan reaksi klien
·         Memperkirakan dukungan orang dekat
·         Diskusikan atau sediakan informasi hidup sehat dan KIE – diet seimbang, layanan medik, KB, periksa PMS dan terapinya; pencegahan infeksi oportunistik, pencegahan malaria; hindari infeksi berulang, hindari napza termasuk alkohol dan rokok; cukup gerak tubuh dan istirahat; dukungan dan rasa optimis. 
Mis “Hidup sehat berarti saudara menjaga kesehatan fisik dan emosi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan berumur panjang”
·         Nilai kesiapan klien untuk tes. Jika siap, lakukan persetujuan pelayanan dengan informed-consent.
·         Tetapkan kontrak sesi konseling pasca tes sepanjang 20-30 menit.

Dalam Modul 5 sub modul 1 kita akan mendiskusikan bagaimana model VCT dapat diadaptasi pada pelbagai pelayanan seperti konseling pasangan, dan kelompok.




[i] Informed consent –perlunya informed consent adalah bahwa klien benar memahami makna tes dimana antibodi terdeteksi dalam pemeriksaan darah dan cukup informasi tentang apa arti terinfeksi, prosedur, sistem pemeriksaan serta tata cara melaporkan hasil . Klien menyadari  akan keuntungan yang dapat diambil dari tes dan mampu mengatasi potensi kesulitan yang mungkin timbul. Hendaknya pemahaman tidaklah menyimpang.


[1] UNAIDS Policy on HIV testing and counselling (1997) http://www.unaids.org/publications/documents/health/counselling/counselpole.html
[2] UNAIDS (1997) Counselling and HIV/AIDS UNAIDS Technical Update.  UNAIDS Best Practice Collection. Geneva.
[3] Kalichman, S. (1995) Understanding AIDS A guide to Mental Health Professionals. American Psychological Association. Washington.
[4] O’Connor, M. (Edit) (1997) Treating the Psychological Consequences of HIV Jossey – Bass Publishers.
[5] UNAIDS (2000) Voluntary Counselling and Testing(VCT) UNAIDS Technical Update.  UNAIDS Best Practice Collection. Geneva.
[6] Population Services International (2001) VCT Site Operation Procedures Manual, Zimbabwe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar