3.1 Teknik Komunikasi Individual
Merupakan teknik atau metode komunikasi dimana komunikator berkomunikasi secara langsung dengan komunikan, baik secara tatap muka maupun melalui alat komunikasi seperti telepon, internet, surat, surat kabar maupun majalah. Teknik komunikasi yang dapat dilakukan adalah:
a. Konseling
Merupakan teknik komunikasi untuk memberikan bantuan kepada orang normal atau tidak menderita sakit jiwa yang bermasalah agar dapat mencari jalan keluar sendiri dan dilakukan dalam suasana saling menghargai dan percaya. Teknik komunikasi ini dilakukan secara tatap muka.
b. Konsultasi
Merupakan teknik komunikasi untuk memberikan nasehat kepada orang yang mempunyai masalah tertentu. Konsultasi dapat dilakukan secara tatap muka maupun melalui alat komunikasi.
Ketrampilan yang harus dimiliki seorang konsultan dalam memberikan konsultasi adalah: kreatif menemukan solusi, terampil berkomunikasi, hormat terhadap klien dengan tetap menjaga kerahasiaan dan menghormati budaya klien, mempunyai pandangan yang luas, menjalin kemitraan dengan klien, bisa menjadi panutan bagi klien dan luwes dalam memfasilitasi klien.
Langkah yang dilakukan dalam proses konsultasi terdiri dari: 1) entry; 2) kontrak; 3) analisis; 4) pengumpulan informasi; 5) umpan balik; 5) alternatif solusi; 6) keputusan; 7) bertindak; 8) evaluasi; 9) keluar
c. Lobbying
Merupakan teknik komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain untuk tujuan tertentu. Lobbying merupakan langkah awal dalam proses negosiasi tetapi lobbying tidak selalu harus ditutup dengan negosiasi.
Ketrampilan yang harus dimiliki dalam lobbying adalah: performa non verbal atau menggunakan bahasa tubuh yang tepat, percaya diri, suara jelas, mantap dan tegas, bersikap santai dan terbuka, melakukan kontak mata, dan tampil apa adanya.
d. Advokasi
Merupakan teknik komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi perubahan sosial di suatu masyarakat tertentu. Advokasi digunakan untuk untuk membantu perubahan yang diharapkan dengan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku pembuat keputusan, pemuka pendapat dan mengerahkan dukungan terhadap perubahan dari berbagai sektor pemerintah, masyarakat sipil, organisasi non pemerintah, dan institusi media.
Tahap dalam proses advokasi meliputi: 1) awareness: pada tahap ini advocator berusaha menciptakan kesadaran pada diri sasaran advokasi; 2) knowledge: advocator menyediakan dan memberikan pengetahuan pada sasaran advokasi tentang hal yang terkait dengan tujuan advokasi; 3) attitude: advocator berusaha untuk mengubah sikap sasaran advokasi terhadap sesuatu; 4) practices: pada tahap ini sasaran advokasi akan melakukan tindakan seperti yang diharapkan advocator.
3.2 Teknik Komunikasi Kelompok
Terdapat bermacam-macam teknik komunikasi kelompok, tergantung pada besar kecilnya jumlah anggota kelompok. Agar komunikasi dapat berlangsung efektif dan efisien maka kelompok dibagi menjadi 2, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Pada kelompok kecil anggota kelompoknya terdiri dari 6-15 orang, sedangkan kelompok besar bila jumlah anggotanya lebih dari 15 orang.
3.2.1 Teknik komunikasi pada kelompok kecil
a. Studi Kasus
Merupakan suatu teknik komunikasi dimana anggota kelompok mendiskusikan kasus yang telah ditetapkan. Pada diskusi kelompok terjadi pertukaran pengetahuan, ide dan pendapat mengenai topik tertentu. Anggota kelompok dapat memperkarya ide dan wawasan dengan mendengar pengetahuan dan pengalaman anggota kelompok lainnya. Namun demikian teknik komunikasi ini ada kelemahannya yaitu adanya anggota kelompok yang dominan dan pasif, serta diskusi meyimpang dari topik. Untuk mengatasinya harus ada fasilitator atau moderator yang memfasilitasi diskusi.
b. Bermain Peran (Role Play)
Merupakan teknik komunikasi dimana anggota kelompok memerankan karakter tertentu dalam suatu permainan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Informasi tentang situasi yang akan dimainkan harus diberikan, misalnya di tempat kerja, masalah interpersonal dan lain-lain. Teknik ini sangat efektif digunakan untuk melatih ketrampilan yang berhubungan dengan tingkah laku manusia, sehingga anggota kelompok mempunyai sikap tertentu.
Agar permainan berlangsung dengan lancar maka harus ada fasilitator yang terlibat sebelum, selama dan setelah role play. Peran fasilitator sebelum role play adalah menjelaskan maksud permainan, menjelaskan karakter dan waktu yang dialokasikan. Selama role play berlangsung, fasilitator harus memantau waktu, intensitas permainan dan perhatian dari observer, sedangkan setelah permainan fasilitator harus memberikan umpan balik.
Teknik role play dapat memberikan keuntungan, seperti: dapat menggambarkan perilaku dan sikap manusia, menggambarkan emosi manusia pada berbagai tingkah laku, mempelajari hubungan antar manusia, melatih ketrampilan mengambil keputusan, dan melatih ketrampilan berkomunikasi lisan. Sedangkan kelemahannya adalah: peserta role play dapat menjadi malu dan peserta menghadapi permainan dengan tidak serius.
Langkah-langkah role play meliputi: tetapkan tema permainan, tetapkan secara spesifik peran dari masing-masing orang, beri instruksi 1-2 menit sebelum permainan dimulai dan tetapkan waktu yang terdiri dari: 15-20 menit untuk role play dan 15 menit berikutnya untuk debriefing. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam role play:
(1) Sebelum permainan:
Siapkan ruangan, tetapkan peran masing-masing oran, tetapkan hal-hal yang harus diobservasi, beri pengarahan tentang peran dan tujuan dari permainan.
(2) Selama permainan:
Selama permainan berlangsung tidak boleh ada interupsi, tetapi permainan dapat dihentikan jika waktunya telah habis.
(3) Setelah permainan selesai:
Diskusikan hasilnya dengan para pemegang peran dan sampaikan hasil observasi dari observer. Selain itu, jangan lupa untuk memberikan ringkasan tentang hasil dan tujuan dari role play tersebut.
Dengan menggunakan metode komunikasi role play dapat diperoleh hasil sebagai berikut: diperolehnya ketrampilan membina hubungan interpersonal, diperolehnya ketrampilan mengatasi konflik interpersonal, dapat memahami masalah-masalah sosial, diperolehnya ketrampilan introspeksi, meningkatkan rasa percaya diri, lebih menghargai orang lain, meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama, meningkatkan ketrampilan melakukan observasi dan membuat laporan.
c. Simulasi
Merupakan teknik komunikasi yang membawa situasi kehidupan nyata ke dalam ruang belajar. Pada metode ini digunakan simulator yang merupakan replikasi alat dan situasi yang sesungguhnya. Oleh sebab itu informasi tentang situasi harus diberikan secara rinci sehingga sasaran komunikasi dapat memahami. Fokus dari teknik komunikasi simulasi adalah pada respons fisik sehingga sasaran komunikasi memiliki ketrampilan psikomotor atau perilaku tertentu, yang hasilnya tentu saja tergantung pada simulator dan situasi penyampaian informasi.
Sebagai contoh, agar mahasiswa kebidanan memiliki ketrampilan asuhan persalinan, maka setelah mempelajari teori, mahasiswa akan mempraktekkan pada model atau phantom sebelum mempraktekan pada manusia. Agar mahasiswa lebih mudah memahami maka ukuran model dibuat sesuai dengan ukuran manusia yang sesungguhnya. Demikan pula halnya dengan siswa sekolah penerbang, sebelum mereka praktek menerbangkan pesawat yang sesungguhnya mereka harus berulang-ulang melakukan simulasi di dalam kokpit yang peralatan dan ukurannya sama dengan pesawat terbang sesungguhnya.
Perbedaan mendasar antara teknik komunikasi simulasi dan role play adalah pada focus respons dan kerincian dari situasi yang diberikan pada peserta. Pada role play informasi tentang situasi yang diberikan pada para pemain tidak serinci seperti pada teknik simulasi. Fokus pada simulasi adalah pada respons fisik, seperti cara menyusui dengan benar, cara melakukan “sadari” (pemeriksaan payudara sendiri), sedangkan pada role play fokusnya adalah pada respons interpersonal, misalnya mengatasi konflik, minta penjelasan lebih jauh dan lain-lain.
d. Behavior Modelling
Merupakan teknik komunikasi dengan melakukan observasi perilaku kunci yang didemonstrasikan oleh model yang diikuti dengan memberikan kesempatan untuk mencoba dan latihan sehingga perilaku tersebut dapat direplikasi. Behavior modeling didasari teori belajar sosial oleh Bandura, dimana proses pembelajaran terjadi melalui: observasi perilaku yang didemontrasikan oleh model, dan melihat pada bagaimana model mendorong orang yang belajar untuk berperilaku (proses ini dikenal sebagai vicarious renforcement).
Hasil penelitian membuktikan bahwa behavior modeling merupakan salah satu teknik yang paling efektif untuk belajar ketrampilan atau skill. Langkah-lagkah dalam behavior modeling:
1) Pengantar (± 45 menit), yang terdiri dari: peragaan perilaku kunci oleh model, membaca modul dan peserta diminta mendiskusikan pengalamannya dalam berperilaku atau menggunakan ketrampilan tersebut.
2) Persiapan dan pengembangan ketrampilan (± 2 jam), yang terdiri dari: amati model, berpartisipasi pada role play dan melakukan latihan, serta mendapatkan umpan balik, baik secara lisan maupun berdasarkan hasil rekaman gambar yang dibuat.
3) Rencana penerapan, yang terdiri dari: tetapkan tujuan dan identifikasi situasi untuk menerapkan perilaku atau ketrampilan tersebut.
e. Permainan/Games
Merupakan teknik komunikasi yang mengandung unsur kompetitif dan juga melibatkan unsur simulasi. Teknik ini efektif digunakan untuk pendalaman setelah penyampaian informasi atau pesan secara lisan. Permainan merangsang orang untuk belajar karena seluruh peserta terlibat secara aktif dan berusaha memenangkan permainan.
3.2.2 Teknik Komunikasi pada kelompok besar
1. Ceramah
Merupakan teknik komunikasi yang paling sering digunakan pada kelompok besar. Ceramah adalah teknik komunikasi tradisional dan bersifat searah karena komunikator menyampaikan informasi secara lisan dan pada saat yang bersamaan komunikan mendengarkan dan menyerap informasi tersebut. Teknik komunikasi ini hanya efektif digunakan pada ketrampilan kognitif tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman) karena komunikan hanya mendengarkan tanpa melakukan latihan atau praktek apapun.
Ceramah mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efektif untuk jumlah peserta yang besar, efektif untuk mengkomunikasikan banyak informasi dan menunjang teknik komunikasi yang lain, seperti behavior modeling. Selain itu, dari sudut biaya, ceramah juga sangat efisien karena persiapan yang dilakukan penceramah dalam memberikan informasi pada 10 orang dan 100 orang sama saja. Namun demikian ceramah juga mempunyai kelemahan, seperti: tergantung pada ketrampilan, keahlian dan kharisma penceramah, tidak efektif untuk kognitif tingkat tinggi dan afektif, komunikan pasif, karena sedikitnya interaksi antara komunikator dan komunikan serta kurangnya umpan balik, baik pada komunikan maupun komunikator. Oleh sebab itu, ceramah harus dikombinasi dengan tanya jawab dan diskusi.
Untuk mengurangi kelemahan dari teknik ceramah, maka dilakukan variasi dari ceramah, seperti:
1. Team teaching, adalah variasi dari ceramah standar, dimana 2 atau lebih penceramah menyampaikan topik yang berbeda atau topik yang sama tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Kelebihan teknik ini adalah topik diberikan oleh lebih dari satu orang yang ahli di bidangnya dan adanya sudut pandang yang berbeda.
2. Panel, adalah variasi dari ceramah standar, dimana 2 atau lebih penceramah memberikan informasi sekaligus memberikan pertanyaan pada para pendengar. Kelebihan dari teknik ini adalah memberikan pengenalan pada pendengar bagaimana cara berdebat.
Memberikan ceramah atau berbicara di depan orang banyak bukanlah hal yang mudah, untuk itu perlu diketahui langkah-langkah berbicara di depan publik:
1. Analisis pendengar
Pada tahap ini penceramah harus mengetahui siapa yang akan menjadi pendengar ceramahnya. Hal yang harus diketahui dari pendengar adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, usia dan jumlah peserta. Dengan mengetahui semua hal di atas maka penceramah dapat mempersiapkan materi, bahasa dan cara penyampaian yang sesuai dengan karakteristik pendengar.
2. Pengenalan lokasi
Sebelum melakukan ceramah alangkah baiknya jika penceramah bisa meninjau lokasi dimana ceramah akan dilakukan. Jika tidak memungkinkan maka penceramah dapat menghubungi orang setempat yang menjadi mitra lokal untuk memberikan gambaran lokasi tempat ceramah. Hal yang penting diketahui adalah, dimana ceramah akan dilakukan di kota atau desa? hal ini penting diketahui agar penceramah dapat menyesuaikan diri dengan budaya dan kebiasaan setempat.
Dimana dan kapan ceramah akan dilakukan? apakah di dalam atau di luar ruangan? Pagi, siang atau malam hari?. Hal ini perlu diketahui, sehingga penceramah dapat menyesuaikan media komunikasi yang akan digunakan dalam berceramah. Jika ceramah dilakukan siang hari dan di luar ruangan maka penceramah tidak dapat menggunakan media komunikasi proyektor (projected visual aids) seperti: LCD, film dan slide. Jika ceramah dilakukan di dalam ruangan, penceramah perlu tahu bagaimana susunan tempat duduk, tata letak ruang dan media yang akan digunakan, sehingga penceramah dapat mengenalinya secara baik dan tidak akan mengganggu ceramahnya. Selain itu, ventilasi udara juga perlu diperhatikan. Suhu terbaik untuk mendengarkan dan menyerap informasi adalah 22-230C, jika terlalu dingin, pendengar akan cenderung mengantuk dan jika terlalu panas orang akan mudah lelah. Jika penceramah menggunakan media komunikasi yang menggunakan layar (misal: LCD, slide, film) maka besar layar harus disesuaikan dengan jumlah pendengar dan ditempatkan sedemikan rupa sehingga sudut pandang pendengar dan layar tidak lebih dari 450. Demikian pula halnya dengan jarak pendengar dengan layar, pastikan mereka tidak terlalu dekat dengan layar, disarankan agar baris terdepan tidak lebih dekat dari dua kali lebar layar.
3. Struktur ceramah
Tidak ada aturan bagaimana ceramah harus disusun, tetapi ada kesepakatan universal bahwa ceramah harus memiliki struktur. Struktur yang disarankan adalah ceramah terdiri dari 3 bagian, yaitu: pembukaan, inti dan kesimpulan.
Pembukaan ceramah harus memuat 2 hal, yaitu: menarik perhatian peserta dan memberitahukan tentang apa yang akan anda bicarakan. Inti pembicraan harus menyajikan hal-hal yang mudah diikuti. Hal yang penting diperhatikan adalah jangan menyajikan terlalu banyak informasi, fakta dan komentar pada inti pembicaraan. Oleh sebab itu inti pembicaraan harus disusun secara sistematis, mencakup tidak lebih dari 3-5 hal utama dan penceramah dapat menggunakan butir penyegar diantara bagian guna tetap mendapatkan perhatian dan minat pendengar. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan, melontarkan lelucon atau memutarkan slide atau film pendek.
Jangan menutup ceramah dengan hanya mengucapkan terima kasih pada pendengar, tetapi penceramah harus membuat kesimpulan yang meliputi rangkuman dari hal-hal inti untuk mengingatkan pendengar dan merangsang pendengar untuk bertindak.
4. Media komunikasi dalam ceramah
Di era modern seperti saat ini penggunaan media komunikasi dalam ceramah membuat ceramah menjadi lebih mudah, menarik dan mudah dipahami. Banyak media komunikasi yang dapat digunakan dalam ceramah, namun demikan media komunikasi visual dapat menambah efektivitas ceramah. Malouf dalam “How to Create and Deliver a Dynamic Presentation” memberikan perbandingan tanggapan alat indera: penciuman (3%), pengecap (4%), peraba (7%), pendengaran (11%) dan penglihatan (75%). Studi Malouf menunjukan apa yang dipahami dan dipercayai peserta ceramah yang tertinggi berasal dari komunikasi visual (55%), disusul oleh suara (18%), dan yang terkecil berasal teks atau kata-kata yang hanya sebesar 7%. Studi yang dilakukan oleh Wharton Research Center di University of Penssylvania, USA memperlihatkan ingatan terhadap ceramah verbal hanya 10%, sedangkan bila menggunakan kombinasi visual dan verbal menjadi sebesar 50%. Laporan Decker Communications Inc di USA menghasilkan temuan yang sama, yaitu penceramah hanya menggunakan media komunikasi verbal hanya mencapai 33% sasaran, sedangkan jika menggunakan media komunikasi visual sebesar 67%. Oleh sebab itu untuk mencapai saran yang lebih banyak, dianjurkan untuk menggunakan kedua media kombinasi tersebut, karena belajar yang paling baik adalah yang menggunakan alat indera sebanyak mungkin. Sedangkan alat indera yang paling tinggi daya tangkapnya adalah mata dan telinga.
Agar pencermah dapat melakukan ceramah dengan efektif dan efisien maka penceramah harus mengenali semua media komunikasi yang digunakan, dengan sebelumnya berlatih dengan semua peralatan yang akan digunakan.
5. Praktek dan latihan
Ceramah yang lancar dan tidak membosankan peserta merupakan dambaan setiap penceramah. Untuk itu diperlukan praktek dan latihan setidaknya 3 kali sebelum menyampaikan ceramah. Hafalkan dua atau tiga menit pertama bagian pembukaan guna menciptakan awal yang baik. Praktek dan latihan berulang dapat membantu penceramah membiasakan diri dengan irama ceramah, memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyampaikan ceramah dan mengetahui bagian-bagian mana yag terasa datar dan membosankan. Oleh sebab itu alangkah baiknya jika pada waktu latihan ada yang mendengarkan atau dengan merekam latihan tersebut.
6. Penyampaian ceramah
Kegugupan merupakan hal yang paling sering dijumpai pada waktu menyampaikan ceramah. Meskipun demikian, kegugupan dapat timbul akibat kesalahan yang dilakukan penceramah dalam berbusana dan penampilan, pengaturan suara dan bahasa tubuh. Untuk menguranginya ada beberapa kiat yang harus dilakukan:
a. Busana dan penampilan
Busana dan penampilan harus diperhatikan dengan cermat sehingga bias mengurangi rasa percaya diri dan ingatlah ucapan klise “tak ada kesempatan kedua untuk menciptakan kesan pertama”. Untuk itu kerapihan harus selalu dipertahankan, rambut disiir rapi, tidak menutupi wajah, pria bercukur bersih dan wanita menggunakan rias wajah segar dan tidak berlebihan. Sepatu tidak terlihat kusam tetapi tersemir mengkilat. Jangan gunakan sepatu baru karena jika lecet akan mengganggu penampilan. Jika mengenakan kaus kaki, pilihlah warna yang senada dengan warna rok atau celana panjang. Kenakan perhiasan secara sederhana, jangan mengenakan jam yang gemerlap, kalung atau gelang yang jika beradu menimbulkan bunyi yang mengganggu.
b. Pengaturan suara
Ada beberapa aspek suara yang perlu diperhatikan seperti: a) nada, pada waktu ceramah nada suara tidak perlu diubah tetapi mulailah ceramah dengan nada rendah dan naikkan nada ketika sedang merasa gembira atau pada hal yang perlu ditekankan; b) volume, merupakan tingkat desibel suara yang dapat ditingkatkan atau dikurangi. Agar ceramah tidak monoton, nada dan volume suara yang disebut modulasi dapat dinaik-turunkan, misalnya pada hal-hal yang perlu ditekankan dengan berteriak dan pada hal-hal tertentu dengan berbisik; c) kejernihan, kejelasan pengucapan dan ekspresi suara yang sesuai merupakan hal penting agar pendengar mampu memahami apa yang disampaikan penceramah; d) kecepatan, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman pendengar, jika penceramah berbicara terlalu cepat (lebih dari 175 kata/menit) maka pendengar sulit menangkap apa yang diucapkan, sebaliknya jika terlalu pelan (kurang dari 125 kata/menit) ceramah akan membosankan. Oleh karena itu cerakam harus dilakukan dengan kecepatan yang tepat 150 kata/menit.
c. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh adalah refleksi luar atas emosi dan bahasa tubuh memiliki 2 arti, yaitu penceramah berkomunikasi dengan pendengar melalui bahasa tubuh, begitu juga pendengar mengirim bahasa tubuh ke penceramah. Bahasa tubuh yang dapat digunakan selama menyampaikan ceramah adalah: a) tersenyum, karena senyuman dapat membuat penampilan lebih bersahabat dan membantu membangun hubungan dengan pendengar; b), lakukan kontak mata pada seluruh pendengar dan hindari hanya memandang pada satu titik; c) anggukan seringkali menyertai kontak mata, karena sebuah anggukan menandakan telah menciptakan kontak. Selain bahasa tubuh di atas hindari melakukan gerakan-gerakan yang akan mengurangi rasa gugup tetapi mengganggu pendengar, seperti mengerak-grakanan mikrophon, alat tulis, kancing baju, kalung, pointer, memasukan dan mengeluarkan tangan ke saku celana, memakai dan membuka kaca mata, merapikan rambut atau kerudung secara berulang-ulang, dan melangkah ke sana ke mari seperti burung dalam sangkar.
d. Mengendalikan kegugupan
Kegugupan ketika menyampaikan ceramah dapat menyebabkan rasa tidak enak pada perut yang disebut “butterflies”, melemahkan tubuh, mengurangi konsentrasi, menghapus daya ingat, membuat napas menjadi pendek, menyebabkan tangan gemetar dan lutut berderik. Untuk mengatasinya dapat dilakukan kiat berikut ini: a) mengatur pernapasan, dengan cara berlatih melambatkan dan menarik napas secara dalam; b) tertawa, dengan menyiapkan cerita humor atau lelucon di awal ceramah, karena dengan tertawa otak akan melepaskan zat endorphin yang berfungsi sebagai penenang; c) pemijatan relaksasi, sebelum ceramah karena cenderung menyebabkan mulut menjadi kering, hindari pula es, kopi dan teh, karena menyebabkan tenggorokan kering sehingga mengubah nada suara. Makanlah makanan yang ringan dan minum air putih atau lemon karena akan melancarkan kerongkongan dan mengurangi terbentuknya lendir.
2. Buzz session
Merupakan teknik komunikasi pada kelompok besar dimana anggota kelompok dibagi ke dalam sub kelompok yang terdiri dari 2-4 orang dan selanjutnya setiap sub kelompok membahas atau mendiskusikan topik yang sama dan dicari kesimpulannya. Langkah selanjutnya setiap dua sub kelompok disatukan dan kembali mendiskusikan topik yang sama sampai diperoleh kesimpulan, kembali gabungan dari setiap dua sub kelompok disatukan dan mendiskusikan topik yang sama untuk mencapai suatu kesimpulan, begitu terus dilakukan sampai akhirnya hanya ada satu kelompok dan diperoleh kesimpulan.
3.3 Media Komunikasi
Berdasarkan macamnya media komunikasi terbagi menjadi: non projected visual aids, projected visual aids, audio aids, dan audio-visual aids.
1.3.1 Non projected visual aids
Merupakan media komunikasi visual yang tidak menggunakan proyektor dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1. Papan tulis dan White board
Merupakan media komunikasi yang efektif digunakan pada kelompok kecil, dengan keunggulan fleksibilitas tinggi dan mudah dikoreksi. Sedangkan kelemahannya adalah tulisan tangan kadang sukar dibaca, pembicara membelakangi peserta saat menulis dan menulis tidak dapat dilakukan sambil berbicara.
2. Flip charts
Adalah papan yang dilengkapi dengan lembaran kertas besar. Media ini mirip dengan papan tulis tetapi lebih unggul karena dapat disiapkan sebelum pertemuan, pembicara dapat kembali ke halaman sebelumnya dan murah. Kelemahannya secara umum seperti papan tulis, ditambah dengan hanya bisa dipakai sekali serta berisik dan mengganggu ketika mengganti kertas
3. Felt boards
Merupakan media komunikasi yang mirip seperti papan tulis tetapi dasarnya terbuat dari kain flannel atau yang didasari oleh magnet. Keunggulannya adalah fleksibel karena materi dapat diganti kapan saja, bersih karena tidak memerlukan alat tulis dan dapat dipakai berulang-ulang. Sedangkan kelemahannya adalah keterbatasan kekuatan kain flannel dan magnet.
4. Wall charts
Merupakan papan berisi grafik, diagram, peta dan foto yang menjelaskan topik tertentu. Media ini biasanya digunakan untuk tujuan promosi, oleh sebab itu sering digunakan pada pameran dalam acara pertemuan ilmiah.
5. Lembar peraga (lembar balik)
Merupakan media komunikasi berupa kertas yang berisi informasi visual yang dilengkapi dengan penjelasan verbal di balik gambar tersebut. Media ini efektif digunakan pada komunikasi individual dan kelompok kecil.
6. Model (phantom)
Merupakan media komunikasi berbentuk fisik yang digunakan untuk menjelaskan konsep dari suatu proses, sistem atau obyek belajar dalam bentuk lebih sederhana. Media komunikasi ini terutama digunakan untuk obyek belajar yang mengandung unsur gerakan, seperti belajar menyuntik bagi penderita diabetes.
1.3.2 Projected visual aids
Merupakan media komunikasi visual yang menggunakan proyektor dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah: filmstrip projector dan filmstrip, slide projector dan slide, OHP dan transparan, opaque projector dan materi komunikasi, video disc machine dan video, CD/VCD dan CD/VCD player serta LCD dan materi komunikasi. Pada saat ini video, CD/VCD, LCD dan film tidak hanya tergolong sebagai projected visual aids tetapi juga tergolong kedalam projected audio visual aids.
Prinsip penggunaan semua media komunikasi di atas adalah sama, yaitu menggunakan proyektor yang akan memproyeksikan materi yang akan dikomunikasikan. Keunggulan dari projected visual aids adalah komunikator tidak perlu membelakangi komunikan, waktu lebih efektif karena materi sudah disiapkan sebelumnya, bersih dan tidak perlu ketrampilan khusus. Adapun kelemahannya adalah perlu listrik dan permukaan putih dan rata, mahal, dan kerapatan tulisan yang tidak memperhatikan jumlah komunikan.
1.3.3 Audio aids
Merupakan media yang komunikasi yang hanya berupa alat bantu dengar. Media komunikasi yang termasuk ke dalam jenis audio aids adalah: cassette, CD, piringan hitam dan pesawat radio penerima.
1.3.4 Audio visual aids (AVA)
Merupakan media komunikasi yang terbaik karena komunikan dapat melihat sekaligus mendengar apa yang dikomunikasikan, yang berarti komunikan menggunakan 2 alat indera, sehingga informasi yang dikomunikasikan menjadi lebih mudah diserap dan dipahami. Media komunikasi yang termasuk dalam golongan ini adalah: film, video, CD/VCD.
Kemajuan teknologi informasi yang pesat menyebabkan media komunikasi saat ini beralih ke multimedia, yang merupakan kombinasi dari audio-visual aids (AVA) dengan komputer. Penggunaan multimedia memungkinkan komunikan dapat berinteraksi dengan teks, grafik, animasi, suara dan gambar sekaligus. Keunggulan multimedia adalah dapat digunakan untuk individu, kelompok kecil maupun kelompok besar. Namun kelemahannya adalah membutuhkan listrik dan komputer, sehingga cukup mahal.
2. Latihan
Latihan 1
Pak Saman merasa bingung dan sedih melihat bayinya sering menangis karena ASI istrinya sangat sedikit. Oleh sebab itu, mertua Pak Saman sering menyuruh bu Saman untuk memberikan susu formula bahkan pisang kepada bayinya agar tidak sering menangis. Baik Pak Saman maupun istrinya tahu bahwa bayi sebaiknya hanya diberi ASI saja sampai berusia 6 bulan. Untuk mengatasi masalahnya Pak Saman dan istrinya pergi ke bidan Alia. Metode dan media komunikasi apa yang harus dilakukan bidan Alia untuk mengatasi masalah Keluarga Saman?
Latihan 2
Hasil studi mahasiswa FKM yang sedang magang di SMP “Z” menunjukkan 75% murid menderita anemia. Apa yang harus dilakukan mahasiswa FKM yang sedang magang untuk mengatasi masalah tersebut? Metode dan media komunikasi apa yang harus dilakukan? Siapa sasarannya?
Latihan 3
Angka kematian ibu dan bayi di desa X masih tinggi dimana salah satu penyebabnya adalah keterlambatan dalam merujuk jika ditemui kasus kegawatdaruratan. Hasil studi yang dilakukan menunjukkan pengetahuan masyarakat tentang kegawatdaruratan maternal-neonatal sudah cukup baik tetapi masalah transportasi yang menjadi kendala untuk merujuk (terutama di malam hari). Untuk mengatasi masalah tersebut bidan Ati bermaksud menjalankan program ambulans desa. Metode dan media komunikasi apa yang harus dilakukan bidan Ati untuk menjalankan programnya serta siapa sasarannya?
3. Rangkuman
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan banyak teknik dan media komunikasi yang dapat dilakukan pada individu, kelompok kecil dan kelompok besar, namun demikian tidak ada teknik dan media komunikasi yang terbaik, karena masing-masing teknik dan media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, agar komunikasi dapat berlangsung efektif harus diperhatikan sasaran komunikasi, waktu, situasi dan kondisi penyampaian pesan serta pesan yang akan disampaikan.
4. Daftar pustaka
Barbazette, Jean, The Art of Great Training Delivery: Strategies, Tools and Tactics, Pfeiffer, A WileyImprint, www.pfeiffer.com, 2006.
Del Villar, Carmeneita. P, Mind-Body Communication Technique: An Alternative Way of learning and Teaching Confidence in Public speaking, the University of the Philippines Press, 2008.
Depkes RI, Panduan Advokasi Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Pusat Promosi Kesehatan, 2004.
Macnamara, Jim, The Modern Presenter’s Handbook, Precentice Hall Australia Pty Ltd, 1996.
Noe, Raymond. A, Employee Training and Development, Irwin McGraw-Hill International Editions, 2009.
Percival, Fred and Ellington, Henry, A Handbook of Educational Technology, third edition, 1993.
Prasetyono, Dwi. S, Cara Instan Pintar Lobi dan Negosiasi, Think Yogyakarta, Desember 2008.
UNFPA & BKKBN, Advokasi: Aksi, Perubahan dan Komitmen, 2002.
Winter, Irvah. L, Public speaking: Principles and Practice, the Macmillan Co, 2005.
Yahya, Tantowi & Wahyudi, Tubagus, Public Speaking Mastery, Prime Consulting Tech, Jakarta, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar